"Kau cantik hari ini..."
Cuma itu yang ingin kukatakan padanya, pada seorang gadis kecil yang memberikan kenyamanan dalam jiwaku.
Lalu malaikat dalam salah satu sekat otakku bertanya, "Legakah kau?"
Sambil mendesah aku menjawab, "Tidak, aku menyesal."
Dia bertanya lagi, "Tapi benarkah begitu?"
Malaikat ini benar2 ingin tahu, batinku.
"Hehe, jujur, tidak, aku bahagia, sangat bahagia, tapi, so what, toh ini cuma serpihan kecil dalam perjalanan hidupku."
"Lalu kenapa itu kaulakukan juga?"
"Kenapa harus kuingkari perasaanku sendiri?", aku menjawab, mencari pembenaranku sendiri.
"Ini bukan masalah pengingkaran, ini masalah kontrol diri, masalah kesetiaan, masalah komitmen dan keteguhan hati.", jawabnya tenang.
"Hei bung, aku cuma menempel batas, bukan melanggarnya, aku tau semua resiko dan konsekwensinya, jadi, get out of my way, ok?", aku mulai sewot.
"Oh good, yang penting sadarilah siapa diri kamu sesungguhnya, dan temukan kembali apa makna tanggung jawab dalam hidup ini."
Aku tak mau terus berdebat, aku tau selingkuh bukan kata yang baik dalam hidup ini, aku tak mau disakiti, jadi otomatis aku tak boleh menyakiti siapapun dalam hidup ini, hal itu kusadari sepenuhnya.
"Hmm, kamu benar, aku harus lebih bisa mengendalikan perasaanku sendiri."
Hening, tidak ada jawaban.
"Sobat?", aku mulai merasa tidak nyaman dengan kesunyian dan kesendirian itu.
"Sobat, dimanakah kau?"
Hening, lalu lirih kudengar dia bergumam,"Kau memang manusia paling tolol yang pernah kukenal."
Aku tersentak, mau berteriak, tapi tak tau pada siapa...
Rabu, Agustus 20, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar