Kamis, Desember 11, 2008

Pancing Memancing


Agak lama tak menulis, saya ingin berbagi satu kisah dalam liburan panjang saya di Palembang. Salah satu aktifitas yang sangat menyenangkan menurut saya adalah memancing ikan di laut. Awalnya saya tidak begitu tertarik, tapi begitu sekali saja saya ikut, langsung saya jatuh cinta pada aktifitas mancing dan tempat dimana kami memancing.
Saya pergi bersama salah satu abang saya dan teman - temannya, yang menularkan kegemaran memancing itu pada saya. Lokasinya di dermaga Tanjung Siapi Api, sekitar 75 kilometer dari kota Palembang. Umpan yang kami gunakan adalah udang segar dan cacing nipah, yang bisa didapatkan di jembatan PU, jembatan ketujuh dari simpang bandara Sultan Mahmud Badarudin II. Lemak* nian tempatnya, walaupun untuk mencapainya kami harus berjalan di genangan rawa - rawa setinggi pinggang orang dewasa sepanjang 300 meter ( yang akhirnya kami tidak berani lagi melintasinya jika air pasang, menunggu air surut dulu sampai cetek, karena melihat buaya besar ketika memancing, hehe ).
Ikan yang ada disitu sangat beraneka ragam, diantaranya yang berhasil kami pancing adalah ikan kakap merah, ikan senangin, ikan pari, ikan baung, ikan pisang - pisang dan ikan sembilang. Tarikannya ketika kena sungguh berat, mantap nian rasanya di pegangan tangan kami yang menariknya. Oh ya, belut laut juga ada, kami dapat yang panjangnya hampir satu meter. Benar - benar pengalaman yang mengesankan. Saya merencanakan untuk memancing sekali lagi di akhir liburan saya, tapi saya bujuk abang saya dan teman - temannya untuk menginap, seru kan. See you in the next adventure :-)
*enak, bahasa Palembang.

Rabu, Desember 03, 2008

Puisi Ngawur Sebelum Tidur

Malam ini aku mau tidur
Terbang sebentar ke bulan
Ambil segenggam cahayanya
Lalu kembali ke bumi
Kutaburkan cahaya itu di sela - sela mimpi - mimpimu
Lalu aku tidur lagi...

Selasa, November 25, 2008

Berkemas Untuk Perjalananku Esok Hari

Membayang sejuta peristiwa
Juga segenggam harapan yang akan kutemui nanti
Di depan, di esok hari - hariku
Membuatku berkemas sepagi mungkin
Bertolak lepas sebelum dingin sang embun terjaga dari tidurnya

Semua jiwa – jiwa yang bebas merdeka
Aku datang lagi
Menghirup aroma kebebasan-Mu
Menepis semua pesona alam-Mu
Aku tak mau jatuh lagi
Aku tak mau tersangkut duri lagi
Yang menjalar sepi seakan minta kutemani

Tidak hari ini
Tidak juga esok pagi
Karena aku mau terus berlari
Menjemput masa depanku sendiri
Membuatku merasa seperti terlahir kembali
Untuk mengulangi hari – hari kemarin
Yang pernah gagal kujalani
Ya, aku ingin kembali kecil lagi
Menjalani indah hari – hariku sendiri
Tak peduli siapa mau bilang apa
Aku akan tetap tersenyum
Manis, teramat sangat manis…

Karena hari ini, adalah hariku sendiri…
Karena hidup ini, adalah hidupku sendiri…

Bersama sepi, bersama mimpi, aku terus riang bernyanyi…

( Tak ada yang mampu membuatku berhenti berkelana, kecuali senyum-Nya Yang Maha Sempurna… )

Kesendirian Yang Sempurna...

Malam ini gelisahku memuncak
Mengiris – iris setiap detik perjalanan waktuku
Berdentam – dentam keras di telinga
Memaksaku jadi gila mencari serpihan – serpihan akal sehat yang masih mampu kugenggam

Aku tak bisa tidur lagi
Nyaris sama dengan malam – malam lain yang pernah kulalui
Kesendirian yang sempurna
Dan anganku mengembara lagi
Mencari – cari arti di sela – sela tulisan ini

Beberapa kalimat singgah dan pergi
Di telinga, di rambut, di hidungku, lalu beberapa tergelincir jatuh
Kutangkapi di antara asap tebal rokokku yang mengejekku di udara
Janganlah kau pergi wahai huruf demi huruf yang tak bernadi
Cuma engkau sahabatku saat ini
Akan kuhembuskan rohku padamu
Agar kau jadi punya arti
Jangan seperti aku yang sekarang tertatih
Mengais arti di timbunan gunung kehidupan-Nya

Aku mencintai kesendirian ini
Begitu damai dalam kesunyian-Nya yang abadi
Kecanduan akan sepi
Berjauhan dengan mimpi
Malam ini, aku berhadapan lagi
Dengan kesendirian yang sempurna…

MENTAL USAHA

Dalam rangka meningkatkan taraf hidup, banyak orang yang memilih jalur independent. Mereka, dengan kekuatannya sendiri, dalam skala besar maupun kecil, membuka usahanya sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Di jaman sekarang mereka lazim disebut entrepreneur, kalau jaman dulu waktu Bapak saya masih muda disebut wiraswasta, di KTP biasanya tertulis begitu, hehe. Berbeda dengan profesi pegawai yang tidak ikut serta menanggung konsekuensi logis dari sebuah hasil usaha, maka para entrepreneur ini merupakan pihak yang berhak dan wajib mendapatkan kompensasi positif maupun negatif dari setiap hasil usaha yang dijalankannya. Banyak hal yang dibutuhkan untuk memulai usaha sendiri, yang pasti mental yang kokoh merupakan syarat mutlak yang harus ada. Ibarat sebuah bangunan, maka factor mental ini merupakan dasar atau pondasi untuk pengembangan faktor – faktor penunjang usaha selanjutnya. Jadi, kita tidak perlu berpikir atap plafon dulu kalau lantainya saja belum ada. Njenengan niki jan neko – neko kemawon, hehe ( bahasa Jawa, yang artinya: anda ini kok aneh – aneh saja, hehe ).

Banyak buku yang telah mengulas tentang entrepreneurship ini, terutama setelah buku ciptaan Robert T.Kisoyaki yang berjudul Rich Dad Poor Dad meledak di pasaran ( saya beli buku ini sampai dua kali, dan dua – duanya sekarang entah berada dimana, mungkin di gudang teman – teman saya yang pernah meminjamnya, atau malah sudah di tukang loak, hehe ). Buku ini mengulas tentang bagaimana sikap mental dan pola pikir logis yang semestinya diterapkan dalam pengelolaan asset untuk mencapai kebebasan finansial yang didambakan oleh setiap orang. Sejak saat itu, buku – buku dengan tema serupa, baik dari dalam maupun luar negeri terus bermunculan, bak cendawan di musim hujan, dan yang diuntungkan, tentu saja para entrepreneur yang bisa melihat celah ini sebagai satu peluang bisnis yang bisa ‘dimainkan’. Entah itu dengan seminar lah, dengan pelatihan, dengan event, atau dengan jualan buku itu sendiri. Tuh, cuma dari satu peristiwa saja banyak kan peluang bisnisnya, tergantung siapa yang bisa memanfaatkan momentum bisnisnya ( trik memanfaatkan momentum ini juga salah satu cirri khas yang biasanya dimiliki oleh para entrepreneur ). Tapi, secara global, paling tidak mata bangsa ini jadi sedikit lebih terbuka dan mulai bergairah untuk tidak ragu – ragu lagi mencoba berjuang membuka usahanya sendiri, baik dengan modal nekad, dengan modal dengkul, ataupun cuma bermodalkan buku dan berharap usahanya akan lancar setelah dia membeli buku itu ( tanpa usaha dan doa nampaknya mustahil ya, hehe ). Wallahu alam, semua tergantung usaha dan garis kehidupan masing – masing orang juga, yang jelas niat awalnya baik, mau berusaha.

Saya mengulas masalah ini karena saya juga ingin loh menjadi seorang entrepreneur, walaupun status saya saat ini masih menjadi seorang pegawai swasta. Saya membayangkan bagaimana nikmatnya menjalankan usaha sendiri, termasuk kebat – kebitnya hati ini saat menghadapi segala macam resiko, juga saat hampir dapat untung dari usaha tersebut, rasanya pasti seperti orang mancing yang kailnya kesangkut ikan, hmm. Hal – hal seperti itu mungkin tak terbayar begitu saja dengan tingkat keuntungan besar yang kita harapkan, tapi kepuasan batinnyalah yang bisa membuat kita bertahan. Faktor mental yang saya sebutkan di atas tadi yang menentukannya, atau semuanya justru malah akan menjadi siksaan batin bagi kita sekiranya kita memaksakan ketidaksiapan kita ketika memulainya. Jadi intinya, sebelum mulai, pikirkanlah semuanya masak – masak. Bukannya saya menakut – nakuti, tidak ada orang yang merencanakan untuk gagal, tapi rata – rata mereka gagal merencanakan, jangan sampai itu terjadi juga pada diri anda.

Berdasarkan ngobrol saya ngalor ngidul dengan beberapa pengusaha muda negeri ini, termasuk abang saya sendiri, saya mengambil beberapa kesimpulan sederhana, sesederhana pola pikir saya tentang dunia entrepreneurship ini. Mungkin inilah hasil minimalis saya tentang apa saja yang harus ada di awal kegiatan usaha swasembada tersebut.

1. Mentalisme usaha yang ulet, gigih, pantang menyerah namun juga penuh perhitungan dan analisa.
Sering kita dikejutkan oleh emosi dan antusiasme yang berlebihan, tanpa mempertimbangkan kekuatan kita, tanpa memperhitungkan faktor internal maupun eksternal yang ada dalam diri kita. Sebelum memastikan start, harus dipastikan terlebih dahulu komitmen kita terhadap diri kita pribadi atas usaha tersebut. Menetapkan target dan standarisasi yang rasional, serta memastikan kesiapan dan kesanggupan kita untuk berkorban meraih target – target yang telah ditetapkan tersebut merupakan tahap perencanaan awal yang paling penting. Kita juga harus menetapkan titik –titik rawan usaha kita berdasarkan perjalanan waktu atau keadaan tertentu yang bisa diprediksi, sehingga itu berfungsi sebagai ‘warning system’ kita untuk memastikan langkah apa yang harus kita ambil sekiranya hal itu benar – benar terjadi.

2. Jenis usaha yang cocok dan sesuai dengan kita, maupun dengan peluang pasar yang ada saat itu.
Kita harus mencari tahu skill apa yang telah kita miliki dan bidang pekerjaan apa yang cukup kita kuasai, dimana hal ini menjadi pedoman utama dalam menentukan jenis usaha apa yang akan kita pilih. Tentunya pekerjaan yang kita senangi lebih berpeluang untuk bisa bertahan, karena biasanya dengan kita sudah suka maka akan ada nilai keikhlasan disitu. Hal itulah yang akan membuat kita terasa lebih ringan dalam menjalani setiap ujian yang datang di depan kita saat menjalankan roda usaha tersebut. Namun juga harus diperhatikan peluang pasar yang ada saat itu maupun beberapa waktu ke depan. Jika kemungkinan perolehan pasarnya sedang tidak bagus, maka ada baiknya kita melihat – lihat jenis bidang usaha yang lain dulu.

3. Tahap perencanaan yang jelas, terukur dan terarah.
Ada baiknya kita melakukan study banding dan survey yang matang plus cermat sebelum kita memulai bidang usaha yang kita pilih. Hal ini bisa meliputi lokasi, kultur budaya kehidupan masyarakat sekitar, celah pasar yang ada, kompetitor, supply bahan baku, proyeksi pasar ke depan, sampai berapa panjang posisi merugi kita hingga mencapai titik BEP ( Break Event Point, impas ). Ini berkaitan erat dengan modal uang yang mau nggak mau harus disiapkan sedari awal. Kalo istilah ndeso-nya ‘mancing duwit yo nganggo duwit’, kalo mau mancing uang ya harus pakai uang juga. Suka tidak suka, inilah dunia kapitalis, kita harus menerimanya. Kita bisa membuatnya lebih efisien dengan penghitungan / kalkulasi biaya yang baik dan benar. Meleset meleset sedikit wajar lah, tapi akurasi disini akan membuat anda berjalan lebih stabil ke depannya. Di awal aja udah luput, apalagi nanti boss, hehe.

4. Strategi produksi dan pemasaran yang jitu dan sistematik.
Ibarat orang main catur, maka setiap langkah kita harus sudah memiliki minimal dua langkah lagi ke depan. Nah, runyamnya, saya gak terlalu pintar main catur, tapi paling tidak anda tau toh, dengan banyak main dan berlatih maka feeling kita pasti akan terasah dengan sendirinya. Semuanya sudah ada yang ngatur kok, bukan cuma kita, tapi juga Yang Di Atas. Satu hal yang malah sekarang jadi pertanyaan saya, apakah Karpov atau Kasparov yang pecatur kelas dunia itu juga mengalami jadi entrepreneur juga atau tidak ya, hehe. Stop, nggak usah main catur dulu, ayo cari strategi yang tepat. Pada prakteknya, ternyata membentuk pasar bukanlah sesuatu yang mudah, untuk beberapa orang ini justru menjadi tahapan yang paling sulit di tahun – tahun awal pendirian usahanya. Ada mitos yang menyebutkan, jika kita berhasil melewati dua tahun pertama usaha kita, maka saat itu kita sedang berjalan menuju tangga kesuksesan kita, kita telah berada di track yang benar. Tapi kita tidak pernah tahu apa yang bakal terjadi di depan, jadi kewaspadaan tetap menjadi factor penting juga yang tak boleh lengah ditinggalkan. Untuk contoh strategi, kita bisa nebeng pasar teman dulu umpamanya, semacam jadi sub gitu lah, sambil terus explore mencari peluang – peluang baru lainnya. Ini satu contoh strategi yang banyak diterapkan.

5. Terus belajar, membuka wawasan baru, dan sekiranya bisa, tak perlu ragu membuka jenis usaha lain yang bahkan tak ada kaitannya dengan bisnis yang sedang kita jalani, selama itu menguntungkan buat kita. Why not, sekecil apapun pemasukannya, itu harus tetap kita hargai. Sedikit – sedikit lama – lama menjadi bukit kan. Siapa tahu usaha sekunder anda malah berbalik menjadi usaha primer anda suatu saat nanti.

Saya cukupkan dulu sampai disini, saya khawatir malah ngelantur, karena saya ini juga asal ngetik aja apa yang sedang terlintas di benak saya saat ini gara – gara nggak bisa tidur, benar – benar tanpa kerangka apapun juga. Yang penting, semangat entrepreneurship tetap harus ada pada diri kita, bahkan yang berstatus pegawai sekalipun, karena kita selaku pegawai pun berkewajiban menghasilkan keuntungan untuk perusahaan tempat kita bekerja. Jadi sebenarnya konsepnya sama, menghasilkan profit. Tanpa mental entrepreneurship maka mustahil hal itu bisa kita wujudkan, yang ada malah jadi benalu, syukur kalau tidak beracun, tapi kalau sudah bekerja saja belum becus trus cuma mengeluh melulu tentang fasilitas kantor, cerita miring sana sini tentang rahasia dapur manajemennya sendiri ke pihak luar, nah itu yang bahaya tiga belas. Ketika kita jadi apapun, maka lakukanlah itu dengan keikhlasan dan dedikasi tinggi, maka karunia Tuhan akan selalu bersama anda, percayalah. Pernah saya membaca, sekiranya menjadi seorang tukang sapu jalanan pun, maka menyapulah layaknya seorang Picasso melukiskan kuasnya di atas kanvas, sesempurna dan sebaik mungkin. Semua karya anda adalah masterpiece untuk diri anda sendiri, dan juga untuk umat manusia di kehidupan ini.
Untuk tambahan, saya ini kok percaya pada ungkapan, yang penting nasinya dulu, kalo nasinya udah ada maka barulah kita mikirin lauk pauknya. Janganlah kita tergoda oleh suatu hasil yang besar, tapi tidak memikirkan faktor keamanan untuk kehidupan kita yang sedang dan sudah berjalan. Nanti yang ada malah bukannya dapat ikan sepuluh, tapi justru kehilangan dua ekor ikan yang sudah ada dalam genggaman. Yang terbaik menurut hemat saya adalah, pastikan kita aman dulu untuk standart hidup kita, barulah setelah itu kita masuk ke level berikutnya, mencoba menjadi entrepreneur sejati. By the way, informasi terakhir, untuk saat ini ternyata bukan cuma 'waktu' lagi menjadi asset potensial internal kita, tapi juga 'energi'. Ya, biarpun waktu kita sedikit, tapi kalau energi kita cukup maka kita akan bisa berbuat lebih banyak lagi untuk meningkatkan taraf hidup kita. Tetap bersemangat, dan pastikan daya tahan kita tetap tangguh, baik lahir maupun batin, untuk bisa mencapai apapun tujuan kita.

Untuk para entrepreneur yang sudah lebih dulu mengarungi cakrawala dunia wirausaha, semoga berkenan berbagi ilmu dan wawasan dengan kami – kami yang masih “belajar untuk terbang”.

Salam sukses selalu.

Tetap semangat.

Stairway To Heaven…

Perjalananku menuju Surga
Begitu terjal, begitu berliku
Seperti mencari sebuah jalan yang tak nyata
Sering kubertanya pada diriku sendiri
Apakah niat dihatiku sudah benar adanya
Beramal ibadah karena Surga, atau karena Allah ?

Hati kecilku menjawabnya, tapi dia tak mengeluarkan suara…

( Palembang, 23 november 2008, Tuhanku, tunjukkan jalan untukku, jalan yang lurus dan Kau-ridhoi… )

Untuk Mamaku Yang Ada Di Surga

Wahai Mamaku yang ada di surga
Betapa sakitnya hati anakmu malam ini
Sampai – sampai kumerasa
Lebih tak berguna daripada segumpal sampah
Lebih tak berarti daripada seonggok kotoran
Betapa aku dikecilkan
Betapa aku dilecehkan
Oleh kehidupan
Yang tak pernah bisa kumengerti ini

Mamaku sayang
Apa yang harus kulakukan
Setelah semua upaya yang telah coba kulakukan
Menjalankan dharmaku sebaik mungkin
Seperti sang surya mengikuti takdirnya yang harus selalu tenggelam di ufuk barat
Mungkin terkadang aku lengah dan alpa
Mungkin terkadang aku letih dan lalai
Tapi aku selalu ingin ada kebaikan
Tapi aku selalu ingin ada kata ‘saling’ dalam hidup ini
Betapa aku ingin tak perlu punya keinginan lagi
Sekuat tenaga ingin kuredam dia dan kupendam di dalam dada
Kutahu semua asa yang tak mungkin terwujud justru akan membunuhku
Akan menghisap habis semua gelora hidupku
Dan aku tak mau itu terjadi
Karena aku ingin selalu ada
Untuk mengenangmu
Untuk menjadi kebanggaanmu
Sekarang, maupun nanti, saat kita bersatu lagi…

Mamaku sayang
Ada saat aku lelah
Ada saat aku tak tentu arah
Dan ketika itu terjadi, aku ingin semuanya berjalan dengan lembut
Berjalan begitu suci dan murni seperti halnya kelembutanmu dulu
Karena aku yang sekarang masih anakmu yang kecil dulu
Yang bahagia melihat anak – anak kecil tertawa bahagia
Jiwaku meronta lepas dari wadahnya
Ingin bermain lepas juga tanpa mau tahu lagi
Semua sakit yang telah kutelan sendiri selama ini tanpamu…

Mamaku sayang
Dekatlah denganku saat ini
Hatiku sakit, sangat sakit
Aku ingin pergi, tapi jiwaku tak pernah bisa
Semoga semua berjalan lebih baik di esok hari
Cuma itu harapanku Ma
Dampingi aku, disini, dekat di hatiku…

Aku sayang Mama, selamanya…

( Untuk Mama di surga, betapa aku sangat merindukanmu… )

Masuk Gigi Netral Hidupku

Setiap kali pertempuran usai
Setiap kali pesta berakhir
Setiap kali semua suara bising yang memekakkan telinga itu terhenti
Saat itu pulalah terasa ada sesuatu yang hilang
Begitu sepi dan mencekam
Begitu sunyi dan dingin tak terperi
Seperti ada getaran magis yang memaksaku untuk menghentikan langkahku
Menghentikan laju pikiranku
Membawa perasaan ke dalam sebuah suasana yang aneh
Sesuatu yang tenang tapi tidak juga tenang
Sesuatu yang damai tapi tidak juga damai
Sesuatu yang nyaman tapi tidak juga nyaman
Seperti melaju di atas sepeda motor tapi tak memasukkan persenelingnya
Aku masuk gigi netral hidupku
Tetap melaju tapi tanpa sebuah tekanan apapun
Masih berpacu tapi tanpa melakukan gerakan apapun
Saat itu batinku mulai resah mencari – cari
Liar dalam setiap liukan terkecilnya
Di otakku
Di dalam dengus pikiranku
Aku ingin segera berpindah gigi lagi
Aku tak mau terlalu lama berkubang disini
Di setiap gigi netral hidupku…

Kebebasan Yang Kucari

Kenapa hidup tidak berjalan sesuai dengan yang kuharapkan ?
Kenapa mendung hitam bergantung di awan begitu lama ?
Hingga anginpun enggan berbagi segarnya denganku ?

Apakah aku yang salah ?
Mengamati liang semut dari puncak menara yang tinggi ?
Mencari sarang madu di dasar samudera yang dalam ?
Merindukan sinar mentari di malam hari ?
Apa yang salah dalam diriku ?

Perlahan Sang Pemahaman datang
Menghampiri dengan ketenangan yang bersahaja
Dia tentramkan jiwaku dan dia bisikkan satu kata padaku
“Persepsi… “
Itu adalah semua yang ada dalam pikiranku, semua yang ada dalam perasaanku
Yang ternyata cuma mengacu pada sesuatu yang tak nyata
Pada nafsu yang semu
Pada harapan yang kabur
Pada keinginan yang tak tentu
Betapa aku melihat hal yang positif dari kacamata cakrawala negatifku
Betapa aku melihat hal yang negative dari kacamata cakrawala positifku
Terbolak baliknya aku oleh permainan emosi dunia ini

Sang Pemahaman menyuruhku duduk di sampingnya
Dia ajarkan padaku tentang arti sebuah kebebasan
Kebebasan dari semua kenyataan pahit yang mencekam
Kebebasan yang telah lama kucari selama ini
Hingga membuatku berkunjung ke semua istana kegelapan
Hingga membuatku berkunjung ke semua medan pertempuran
Namun kebebasan itu tak jua tampak
Dia ibarat semua kenyamanan yang berbaur dengan keindahan abadi
Dimana ketenangan jiwa bertahta menjadi rajanya
Kemana harus kucari ?

Sang Pemahaman tersenyum sangat manis, dan berbisik lagi
Di Khaliq-mu Yang Maha Besar
Yang Maha Menguasai Alam Semesta ini
Yang berhak dan mampu menghentikan setiap hembus nafasmu itu kapanpun Dia mau
Disitulah harus kaucari
Semua kunci yang membebaskan semua belenggu rantai dan pintu penjara duniawi ini
Agar kau hidup dalam kebebasanmu sendiri
Sekarang lihat dirimu
Mengapa justru sebaliknya, dimana kau menjadi budak dari semua itu
Engkau dihempaskan, dilemparkan, engkau dipaksa mencandunya
Engkau wajib berupaya, tapi usaha dan doa adalah dua sisi yang berbeda di satu uang logam yang sama
Engkau tidak bergantung pada semua kemewahan dan kilau gemerlap semu itu
Engkau cuma bisa bergantung pada Penciptamu
Setiap gerakanmu yang terkecil sekalipun harus bertumpu pada niatmu untuk mengambil hati-Nya
Dengan tulus, dan suci
Dengan ikhlas, dan sepenuh hati
Dan, tanpa apapun, hatimu akan selalu cerah, senyuman akan selalu tersungging di bibirmu
Itulah kebebasanmu, di dunia ini, dan kelak di akherat nanti

Aku tercenung
Tak menyadari bayangan Sang Pemahaman yang perlahan mulai menghilang
Semua itu menjadi bahan pemikiranku yang tak berujung
Hingga akhir masa nanti
Akhirnya baru kusadari
Ujungnya memang berada di tangan Sang Khaliq
Sang Pencipta Yang Maha Besar
Sang Pemusnah Yang Maha Besar…

Kebebasan yang kucari, tak ada disini…
Kebebasan yang kucari, cuma ada di kerajaan-Nya yang abadi…

( Palembang, 22 november 2008, berkahilah kebebasanku yang cuma ada pada-Mu, dan terimalah permohonan ampunku… )

DHARMA, SATU KATA YANG KEDALAMANNYA MELEBIHI DALAMNYA SAMUDRA

Di suatu sore yang mendung, langkah kaki saya terbawa ke satu tempat di Jakarta yang biasa disebut Senen. Sebenarnya itu memang tidak saya rencanakan, karena tujuan awal saya adalah ke Kemayoran, menyambangi rumah produksi salah satu kolega bisnis perusahaan tempat saya bekerja, untuk persiapan satu proyek yang sedang kami tangani bersama. Karena jalurnya lewat Senen, maka saya putuskan untuk mampir sebentar mengisi perut yang sudah keroncongan sejak berangkat tadi.
Setelah mengisi perut di Atrium Senen, entah kenapa saya naik melintasi jembatan penyeberangan menuju Pasar Senen di sisi seberang jalan sana. Masuklah saya ke arena penjualan buku-buku bekas, dan saya merasa jadi seorang musafir kehausan di padang pasir yang menemukan sebuah sumber mata air segar. Mata saya berkilat-kilat menyaksikan tumpukan buku-buku usang maupun baru di depan mata saya. Beberapa pedagang sudah mulai menyodorkan buku-buku mereka, tapi saya terus berjalan menyisir setiap judul buku yang ditumpuk rapi di setiap kios, satu demi satu, walaupun tidak ada satu judulpun yang terlintas di benak saya untuk saya cari saat itu. Sekedar melihat-lihat saja, siapa tahu ada yang bagus, batin saya. Sebenarnya saat itu otak saya sedang penuh dengan pertanyaan tentang manajemen system, berkaitan dengan pekerjaan saya, dan ada kecenderungan untuk mencari buku yang berkaitan dengan itu.
Menginjak kios kelima, pandangan mata saya terpaku pada sebuah buku yang memiliki judul dengan background hitam di sisi samping sampulnya. Saya baca judulnya. “Thick Face Black Heart…,” gumam saya setengah tak percaya, rasanya sangat girang seperti anak kecil menemukan mainannya yang telah lama hilang. Betapa tidak, buku ini sudah pernah saya pegang di Gramedia sekitar 2 tahun yang lalu, tapi urung saya bawa ke kasir karena kalah oleh beberapa buku lain yang saya putuskan untuk saya beli waktu itu. Tapi saya sempat bicara pada diri saya sendiri sekeluarnya dari sana, “Aku harus punya buku itu.” Ya, itu buku yang wajib saya miliki, suatu saat nanti. Dan, sekarang, buku itu ada di depan saya. Saya menemukannya lagi, di tempat dan waktu yang tidak pernah saya duga sebelumnya. Tanpa pikir panjang, saya cek kondisinya, mulus, masih bagus. Tawar menawar harga, cocok, bayar, lalu saya segera meninggalkan tempat itu. Saya memang punya prinsip untuk tidak membeli lebih dari satu buah buku dalam satu waktu yang bersamaan. Biasanya, jika dibeli juga, maka tidak semuanya bisa terbaca dengan tuntas, atau parahnya, semuanya justru tidak terbaca sama sekali karena keterbatasan waktu dan energy saya. Satu buku ini sudah lebih dari cukup untuk saat ini, batin saya. Dengan ketebalan 301 halaman, buku ini akan cukup menyibukkan saya satu minggu ke depan.
Dan waktu terus berlalu, buku itu ternyata baru bisa terbaca 2 bulan kemudian, setelah terbawa kesana kemari dalam setiap kegiatan saya, dan otomatis menghabiskan sebagian space dalam tas saya, bahkan kadang di dashboard mobil saya, menggeletak kepanasan terpanggang sinar matahari dan menggerutu sendirian. Akhirnya, saat sedang menunggu loading barang dalam satu persiapan event exhibition kami, di waktu jeda itu mulailah saya membuka lembar demi lembarnya. Satu bab, dua bab, saya lalu menutupnya lagi, memberinya pembatas dan memasukkannya dalam tas karena pekerjaan telah memanggil saya saat itu. Dan, dua minggu setelah itu, tepatnya malam ini, saya berhasil merampungkan bab tiga dan bab empat. Nah, materi di bab-bab inilah yang akan saya bahas, karena menurut saya ini sesuatu yang sangat dashyat dan benar-benar menginspirasi saya. Judul bab itu, “Dharma: Pohon Pemenuhan Permohonan.”

DHARMA: POHON PEMENUHAN PERMOHONAN.
“Dharma adalah dasar penunjang kehidupan.” ( Mahabharata )
Kata Dharma berasal dari Bahasa Sansekerta, bahasa tertua di dunia, yang berasal dari India kuno. Dharma berasal dari kata dhar, yang artinya mendukung, menegakkan, memelihara. Jadi Dharma sering didefinisikan sebagai hal yang menunjang kehidupan. Kekuatan yang menopang dunia, koherensi antara alam semesta.
Dharma adalah pemahaman tindakan yang sesuai dengan keadaan yang sedang berlangsung. Ini berarti “bertindak sesuai dengan kewajiban seseorang”. Setiap orang memiliki Dharma yang berbeda-beda dalam kehidupan, sesuai dengan peran yang diembannya. Dharma seorang prajurit adalah melawan musuh bangsanya, Dharma seorang dokter adalah menyelamatkan nyawa pasiennya, terlepas dari semua kondisi dan hambatan yang dimilikinya saat itu, misalnya istri prajurit itu sedang hamil tua ketika perang meletus, atau dokter itu harus menyelamatkan nyawa musuhnya sendiri. Tidak ada pilihan, Dharma harus tetap dijalankan. Bahkan, seorang pencuri pun adalah hamba Tuhan yang sedang menjalankan Dharmanya, menjalankan perannya dalam kehidupan ini. Dengan Dharma, kita bisa memahami posisi kita saat itu dan menentukan sikap ataupun tindakan untuk berlaku sesuai dengan Dharma yang kita miliki. Jika Dharma dipatuhi, maka kehidupan akan berjalan dengan selaras dan seimbang. Kita akan bisa menerima kehidupan sebagaimana adanya dan melaksanakan kewajiban sesuai dengan itu, sekuat tenaga sesuai dengan kemampuan kita. Dharma menuntut keikhlasan, keberanian dan kejujuran. Semangat mencari kebenaran menjadi rohnya, dan pertanyaan yang selalu ada dalam setiap situasi adalah, “Apa Dharmaku saat ini?”
Seorang Arjuna dalam perang Bharatayuda pun mengalami perjalanan Dharmanya. Sebagai seorang ksatria maka dia harus membunuh saudara-saudara sepupunya sendiri dari klan Kurawa. Pertentangan batin hebat melanda dirinya, dimana ajaran-ajaran kasih sayang yang didapatnya selama ini seolah harus dicampakkannya demi sebuah perebuatan tahta dan kerajaan. Seorang titisan Dewa yang saat itu menjadi kusir untuk kereta perang Arjuna, sang Batara Khrisna, memberi nasehat kepadanya agar menghilangkan rasa kasih sayang yang semu. Arjuna harus maju berperang tanpa amarah dan nafsu angkara murka, bukan untuk sebuah tahta ataupun kerajaan, namun untuk memenuhi kewajiban bagi diri sendiri maupun bagi negaranya. Arjuna harus menjalankan Dharmanya, aturan alami kehidupannya. Semua berjalan mengikuti hukum alamnya, dan di akhir perang itu, Pandawa tetap utuh 5 orang, sedangkan Kurawa yang berjumlah 100 orang seluruhnya binasa.
Kita semua adalah ksatria, dan kehidupan ini adalah pertempuran yang abadi. Kita tidak perlu menyukai pertempuran itu, tapi yang terpenting adalah, kesanggupan kita untuk bertempur. Itu yang terpenting, dan pilihannya ada pada diri kita sendiri. Untuk bisa bertahan dalam kehidupan, kita harus menghadapi sifat negative batiniah dan realita dunia nyata. Pada kenyataannya, tidak ada yang gampang ataupun sulit. Kompetisi untuk bertahan hidup sudah menjadi kondisi kehidupan. Sudah menjadi Dharma kita untuk menjalankan pertempuran hidup secara benar dan ksatria.
Memang tidak mudah menemukan tindakan yang benar pada setiap saat kehidupan kita yang sesuai dengan Dharma kita. Bahkan kadang kita tak tahu pasti apa Dharma kita saat itu. Kita akan melewati tahap-tahap trial and error, gagal dan coba lagi. Tapi apapun jenis pekerjaan anda, anda akan berhasil jika anda mampu menunjukkan Dharma anda bagi pekerjaan itu. Sebuah kursi memiliki Dharma untuk rela diduduki, dengan begitu maka ia jadi berguna untuk kehidupan ini. Sebatang pensil atau seekor kambing, hanya akan berguna jika mereka menjalankan fungsi sesuai Dharmanya dengan benar. Dan untuk itu, Dharma membutuhkan apa yang dinamakan daya tahan. Dharma juga membutuhkan upaya atau usaha, karena langit tak akan terkuak dengan sendirinya jika anda tidak membukanya. Takdir membutuhkan upaya. Takdir dan upaya adalah dua sisi berbeda di satu uang logam yang sama. Surga akan menolong orang-orang yang menolong diri mereka sendiri.

“Segenap usaha itu suci bagi-Nya,
Di antara orang yang paling negative, tolol dan bodoh, serta yang paling positif, percaya diri dan yakin, hanya terbentang sedikit jarak hingga Sang Pencipta kita hanya menanggapinya dengan senyuman.”
( Chin Ning Chu – diilhami oleh Elizabeth Waterhouse )

Pengarang buku Thick Face Black Heart adalah Chin Ning Chu, seorang wanita keturunan China yang hidup di Amerika, merintis karirnya dari nol disana, hingga saat ini memiliki profesi sebagai Presiden Direktur Asian Marketing Consultants, Inc., juga Direktur Eksekutif RIM Master Group. Buku sebelumnya yang sudah pernah dibuatnya dan menjadi best seller adalah The Chinese Mind Game. Seorang wanita hebat yang telah berhasil mengendalikan semua rasa takutnya dan merubahnya menjadi sebuah alat untuk meraih kesuksesannya.
Mungkin perjalanan saya ke Senen adalah sebuah takdir saya dalam menemukan buku ini, dan posisi saya saat ini juga adalah Dharma yang memang harus saya jalani dengan baik, dengan semangat dan keikhlasan tinggi. Saya menulis ini juga Dharma, dan saya juga masih tak habis pikir, apakah juga memang sudah menjadi Dharma anda ketika anda kok jadi ikut baca tulisan ini sekarang, dalam salah satu waktu di kehidupan anda yang panjang ini, hehe. Semoga bermanfaat, itulah sekilas pandangan tentang Dharma, hukum alam yang menuntun kita pada kebenaran dari tindakan kita.
Setialah pada kehidupan anda, pada hasrat anda sendiri.
Cia yo, tetap semangat.

Sabtu, November 22, 2008

Wahai Jiwa Yang Gelisah

Wahai jiwaku yang gelisah
Sampai kapan kau akan membuatku terus begini
Bergumul dengan angan - angan yang tak pasti
Berkutat dalam lingkaran pusaran waktu
Berkutat dalam celotehmu
Yang sudah kubilang aku tak pernah mengerti

Wahai jiwaku yang tak pernah lelah berkelana
Sudikah kauijinkan aku tuk beristirahat sejenak
Meletakkan semua luka yang mendera
Dalam pencarian kasih sayang tak bertepi ini
Kurang ajar, shit, kau malah tertawa

Demi rinduku pada sebuah bayangan
Dimana anganku hangat bersandar
Demi resahku pada sebuah harapan
Tempat aku singgah ketika lelah dan kalah
Demi sebuah mimpi yang terus bergentayangan
Yang memaksaku tidur tanpa pejamkan mata

Tak kuasa untuk berlari
Dari semua yang membuatku melolong sepi
Dari semua yang membuatku bersimpuh nyeri
Sendiri...

Puisi Demi Puisi Kosong

Kenapa tangan ini tak mau berhenti merangkai puisi
Membuang waktuku
Membuai benakku ke alam tak tentu
Semua hal yang tak pernah ada maknanya

Kenapa jendela jiwaku tak kunjung terbuka
Membiarkan cahaya alam masuk menghangati
Menyinari sudut - sudut gelap yang sepi
Yang dingin dan tak pernah mau mengerti

Seonggok puisi - puisi usang sudah lapuk dimakan usia
Di rongga - rongga batinku yang menjerit minta diisi
Pengertian dan kasih sayang
Seperti anak kecil yang bingung mencari jalan pulang
Aku termangu
Untuk apa aku merajut puisi lagi ...?

Terbangun dari lelahku
Angin utara menerpaku
Mengeringkan semua cairan di syarafku
Menyedot lagi semua kesadaranku
Dan, seperti air sungai yang mengalir
Puisi kosong itu muncul lagi...

Mungkin memang sudah takdirku
Untuk terus menulis puisi
Sampai akhir waktuku nanti...

( Palembang, 22 november 2008, teriring salam untuk Gola Gong, untuk Balada Si Roy-nya, yang menginspirasi masa mudaku, untuk membuatku jadi tolol seperti ini... )

Ke Rumah Tuhan

Di tengah gersang jiwaku, termangu aku mencari kata "pulang"
Rumah ?
Pulang ?
Belum pernah kurasakan hangatnya pulang

Ya, pulang
Ke rumah Tuhan
Kesanalah aku akan pulang...

MAE 1

Masihkah engkau disitu
Memandangi tulisan - tulisanku
Yang kutorehkan semampuku
Dengan tetes - tetes anyir darahku

Masihkah engkau disitu
Menerawang enggan ke masa lalu
Tempat dimana semua langkahku terhenti
Tertambat ribuan kata
Yang dulu pernah kauucapkan padaku

Masihkah engkau disitu
Harusnya aku benci untuk mengucap rindu
Tapi kehidupan berikutnya masih menunggu
Di kehidupan setelah kehidupan ini
Untuk sekeping ketidakpuasan sejarah di masa lalu
Aku akan mencarimu...

Beribu Peristiwa Akan Kaulalui...

Anakku
Beribu peristiwa akan kaulalui
Beribu hikmah akan kauresapi
Dalam hidup ini memang banyak yang tak pasti
Kuhitung jumlahnya sejuta, tapi ternyata itu cuma sebagian kecil dari kumpulan mereka
Yang bersembunyi di dalam rongga - rongga gelap jiwamu

Godaan ujian dan cobaan sudah pasti akan menghampirimu
Ketika kau berhasil menyelesaikan satu maka janganlah cepat tersenyum
Karena yang kedua akan datang bersama yang nomor tiga, empat, dan seterusnya
Tapi, tetaplah tegar, seberat apapun itu
Karena aku tak akan membiarkanmu sendiri
Dalam setiap langkahmu, bayanganku kan slalu mengiringi
Mengantarmu
Membesarkan hatimu
Membasuh perih lukamu
Sampai kau mampu menapaki
Jalan - jalan dingin gelap dan sunyi seorang diri...

Awanku Tebal

Awanku tebal
Mendungku besar
Mengaca pada jendela
Jiwa rapuh yang berkelana

Mampukah kau menjadi diriku
Yang diperbudak sepi karena tak mau keji
Tak bisa membunuh bayangan yang selalu menghantui
Berharap dia mengerti dan selalu ada disini

Mungkin kaubilang aku ini sapi
Mungkin kaubilang aku ini mimpi
Mungkin kaubilang aku ini tak bisa menyadari
Tapi akan kuberikan padamu satu kata yang paling tepat untuk kausemburkan padaku
Aku ini orang yang sudah mati
Ada di hamparan padang pasir sunyi yang tak bertepi

Lalu aku bertanya pada sapi
Siapakah yang bisa mengerti ?
Dia tak mengerti
Aku menatap ke sebuah batu, berharap dia menyelaku
Tapi diapun juga tak mengerti
Lalu entah kenapa angin dari Surga berhembus di telingaku
Ya, sekarang aku tahu pasti
Yang bisa mengerti
Ternyata cuma diriku sendiri...

Air Mata Adalah Jembatan

Air mata adalah sebuah jembatan
Menuju istanamu yang telah lama menantimu
Menyeret semua perih lukamu
Diringi alam yang bersaksi
Atas kuatnya jiwa yang rapuh
Menahan semua keras peristiwa

Sungai yang diseberangi adalah sebuah cermin tanpa bingkai
Yang menampar jiwamu agar tersadar
Bahwa semua perjalanan akan mampu dilalui
Selama ada doa
Selama ada ikhlas
Selama ada tabah
Selama ada jiwa lurus yang tenang

Semua anugrah dan kasih sayang
Bagi mereka yang pipinya tak pernah kering terlewat air mata
Tapi hati kecilnya selalu berkata
Air mata hanyalah sebuah jembatan... kehidupan...

Rabu, November 19, 2008

Satu Babak Di Salah Satu Penerbanganku


“ Ya Pak, pesawat delay 50 menit.”

Shit. Ucapan pramugari itu membuatku memaki kesal. Terbayang perjalananku yang nyaris liar menuju bandara tadi, tubruk sana tubruk sini, pamit sama bosku di kantor sambil setengah berlari waktu keluar dari ruangannya, kebut-kebutan melanggar beberapa rambu lalu lintas, dan yang terparah, flashdiskku yang berisi data-data kerjaan penting paling update ketinggalan di CPU computer.

“ Oh, ok,” jawabku singkat.

“ Apakah ada bagasi Pak?,” tanya sang pramugari ramah setelah melakukan pengecekan dan pendataan check in passenger dari tiketku.

“ Tidak, terima kasih,” jawabku lagi sambil menghentakkan tas ranselku lebih rapat ke lekukan atas punggungku.

Perjalananku pulang kali ini memang benar-benar meminimalisasi barang bawaan di dalam tasku. Dengan satu buah laptop, berkas-berkas kerja, dan beberapa buku saja, tas ransel 50 kilogramku ini sudah terasa sangat memberatkan beban di pundakku yang semakin hari semakin bungkuk saja rasanya.

Huh, masih sangat lama. Jam tanganku menunjukkan pukul 18.35 WIB. Jiwaku mulai terasa kosong, membayangkan liburan panjang yang akan kujalani di rumah.

“ Liburlah dulu barang satu bulan, “ ucap bosku di satu malam di dalam mobil, beberapa hari lalu saat kami pulang bersama setelah meeting dengan salah satu client.

Satu bulan? Busyet, lama sekali, satu minggu saja sudah cukup bagiku untuk melepaskan penat di otakku ini. Tak terbayang betapa kosongnya hari-hariku tanpa deadline dan tekanan dari berbagai pihak, seperti yang selama ini kujalani di Ibukota. Hehe, mungkin aku termasuk kategori orang aneh yang tidak terlalu menyukai kekosongan, tanpa aktifitas yang memacu adrenalin ataupun imajinasiku untuk bekerja.

Lalu lalang orang di dalam bandara tak kuhiraukan. Mampir di salah satu outlet oleh-oleh di dalam bandara. Membeli satu bungkus rokok, satu kotak minuman ringan, membayar airport tax, asuransi jiwa, lalu aku mulai berjalan menuju transit room B6, sambil sesekali membalas sms yang masuk. Ada yang menanyakan sudah sampai atau belum lah, ada yang minta dikabari jika aku sudah sampai tujuan, ada yang menanyakan angka deal terakhir dengan supplier di salah satu proyek kantor bulan depan, bahkan ada yang menanyakan dimana aku simpan STNK mobil operasional kantor. Hehe, benar-benar hidup yang hiruk pikuk, sebenarnya lebih tepat dibilang kacau dan tumpang tindih tak karuan, hehe.

Akhirnya, bisa juga aku duduk di Smoking Area depan B6, menyelonjorkan kedua kakiku lepas, sambil bertopang di ranselku yang sudah setia menemaniku selama 4 tahun terakhir perjalananku ini. Kupilih sudut yang paling temaram, dekat dengan pot bunga dimana aku bisa membuang limbah debu rokokku disitu, dan mulailah aku memulai ritual merokok sebanyak-banyaknya. Yeah, nikotin ini memang telah merajai rongga-rongga hidupku, menghabiskan raga badanku sedikit demi sedikit. Terbayang celana jeansku bernomor 30 yang kini teronggok di sudut lemari pakaianku tanpa aku sudi memakainya lagi. Badanku makin tipis, makin kering, makin kecil dengan sedikit balutan daging di atas tulangnya. Damn, who care, batinku.

Kubuka N95-ku, lalu iseng kutulis sebuah puisi, penyakit yang sudah sejak dulu tak pernah bisa kutinggalkan. Nampaknya Tuhan memang telah menakdirkan sepuluh jari tanganku ini untuk selalu mengeluarkan sejuta kata dari setiap gerakannya di atas kertas maupun di tuts computer, dan sekarang, di atas tuts handphoneku. Kupandang sekelilingku, orang-orang itu tak ada yang kukenali. Aku sendiri lagi, batinku. Perlahan mulai kutulis, tenang, namun pasti. Kuberi judul sesuai dengan kalimat pertama yang terlintas di dalam benakku.

“ Aku, Membayangkan Diriku Sebagai Sebuah Kesendirian… “

Aku membayangkan diriku sebagai sebuah kesendirian
Cuma bayangan saja yang setia menemani langkahku
Tak berumah dan hanya berjalan menuju ketiadaan tujuan
Menapak dalam kegelapan dan keterbatasan pandangan mata

Aku membayangkan diriku sebagai sebuah kesendirian
Jauh dari gurauan dan omongan basi yang membosankan
Aku ada di menara yang tinggi dimana aku bisa melihat diriku sendiri yang kerdil berjalan sendiri jauh di bawah sana di dalam sunyinya kegelapan malam
Lelah
Dan sakit
Jiwaku datar
Tak bersemangat
Ada di hatiku
Kurasa juga ada di hatimu
Ada di jiwaku
Kurasa juga ada di jiwamu
Kesendirian itu
Bagai bintang yang menempel malam
Di setiap langkahku
Di setiap hembus nafasku…

Lama aku terdiam, tak melakukan apa-apa, membayangkan semua peristiwa yang telah terjadi, disini, di bandara ini. Mulutku menggumam, lirih, “ Datanglah wahai penerbanganku…”

“ Masih di bandara yang sama…
Aku sendiri… lagi… “

( Jakarta, bandara soekarno hatta, menunggu delay 50 menit, 13 november 2008 )

Selasa, November 11, 2008

Ketika Muak Sudah Memuncak...

Dalam kehidupan sehari-hari ternyata tidak semua pemikiran kita bisa dipahami oleh orang lain yang ada di sekitar kita. Saya hidup dengan begitu banyak orang yang sebenarnya merupakan tim kerja saya sendiri, akan tetapi ada saat saya sering merasa sendiri, dan terkucil oleh pemikiran-pemikiran mereka yang “kurang positif” tentang diri saya. Saya berusaha mengakomodir apa yang mereka inginkan, berbuat baik dan baik dan baik, sesuai dengan kemampuan dan kekuatan saya, akan tetapi itu hampir tidak membantu sama sekali, hampir tidak merubah keadaan sama sekali.

Malam ini saya merenung sendiri di depan laptop salah satu bos saya yang dipinjamkan ke saya ( karena beliau baru saja beli laptop baru model terkini ). Hehe, bahkan masalah fasilitas kantor yang diberikan kepada saya ini juga menjadi perbincangan miring mereka terhadap saya (tentunya di belakang saya), dan perlahan, ketika muak saya sudah memuncak, saya mulai mengetik tulisan ini.

Machieveli, dalam bukunya Il Principe, menyatakan bahwasanya kekuasaan memang harus disertai dengan kekerasan, kekejaman, arogansi dan pengekploitasian ketakutan akan ancaman. Semua kebaikan akan berfungsi pada saatnya, akan tetapi stimulasi terbesar untuk hormat dan patuh adalah dengan semua bentuk intimidasi dan penekanan moral yang tak berperasaan.
Pengaruh, apa yang mempengaruhinya ?
- Sikap / attitude yang keji
- Kemampuan pribadi
- Uang untuk ‘membeli’
- Diferensiasi yang tinggi
- Ketergantungan yang tak terbagi
- Strategi
- Dekat dengan kekuasaan tertinggi
- Percaya diri
- Penggunaan tepat emosi
- Ketenangan tak bertepi
Yang terakhir ini dibutuhkan untuk membangun strategi, lalu perlahan-lahan membentuk semua hal lainnya.

Seperti mengemudikan sebuah mobil, tidak pernah ada niat kita untuk bersinggungan dengan kendaraan lain, tapi bisa saja terjadi tiba-tiba kita ditabrak oleh kendaraan lain tanpa permisi. Ketika kita masih mencoba meredam emosi, tau-tau malah kita yang dicaci maki, dibilang tidak becus mengendarai mobil lah, tidak melihat rambu lalu lintas lah, tidak pakai lampu sein ketika belok lah, pokoknyaq semua hal yang ujung-ujungnya cuma bermuara pada kesalahan yang sebenarnya tidak kita buat. Kalau kata salah satu teman bos saya, seperti mencari-cari tulang di dalam sebutir telur, sesuatu yang tidak ada tapi diada-adakan. Ketika ini sudah terjadi, tidak bersalah kita hunus pisau kita, lalu tusuk orang itu, biar dia tidak bisa bersuara lagi, kalau perlu selama-lamanya. Hei bung, kita bukan seonggok sampah yang tidak punya perasaan dan emosi, kita ini manusia yang diciptakan berbentuk dengan daging dan darah, jadi jangan pernah melakukan apapun melebihi batas, terhadap diri kita sendiri maupun terhadap orang lain. Semua punya kelemahan, semua punya keterbatasan, terimalah, dan saling menghargai satu sama lain.

Saya hidup di alam penjajahan, tapi jiwa saya tetap merdeka, sangat merdeka. Tidak ada yang bisa menyentuhnya, tidak ada yang bisa merubahnya…

In this whole life, just fight….for freedom…

Menutup Lembar Kelam Hidup Ini...

Menutup lembar kelam hidup ini
Membisiki hati dengan nilai-nilai terpuji
Mencari arti yang lebih pasti
Setelah lama berjalan seperti orang yang telah mati

Menutup lembar kelam hidup ini
Menapaki lembah dan jurang kehidupan dengan ketenangan suci
Tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi
Seperti seorang bayi yang baru saja terlahir ke bumi

Anganku
Melayang tinggi
Asaku
Mulai jinak dan terkendali

Hidup yang cuma sekali ini
Harus punya arti...

( jakarta, 11 november 2008 )

Kamis, November 06, 2008

Kaukah Cahaya Itu ...?


"Kaukah Cahaya Itu ...?"

Dalam gelapku
Dalam sedihku
Dalam lelahku
Kau tiba-tiba hadir
Di setiap detik langkahku

Selalu ada menemaniku
Selalu ada menerangiku

Kaukah cahaya itu ...?

-------

"Sayang Itu Ada Disini... "

Sayang itu tidak dimana-mana
Sayang itu ada disini
Di setiap hela hembusan nafasmu...

(Jakarta, 06 November 2008)

Rabu, Oktober 29, 2008

Sayang....Seribu Kali Sayang...

Sayang
Seribu kali sayang
Seperti jumlah tetes hujan yang turun malam ini
Misterius dalam pertanyaan hati

Senyuman hari ini
Bukan sesuatu untuk disesali
Bukan sesuatu untuk dihindari
Ketika masuk ke lapangan mimpi
Dimana para pemainnya telah siap bertaruh hati

Dimanakah titik semua ini akan berhenti
Saat siksaan racun sepi dimulai lagi
Beranikah kembali ke masa lalu
Yang menyayat nadi angan tiada terperi

Sayang
Seribu kali sayang
Entah ini keindahan
Atau sebuah awal perenungan yang panjang...

Tetes air hujan yang jatuh ke bumi
Membentuk sungai mengalir apa adanya...

( Jakarta, 28 Oktober 2008 )

Senin, Oktober 27, 2008

Jalan Berjalan Sendiri...

Miyamoto Musashi, sang samurai legendaris itu, merangkum ajarannya dalam bukunya yang berjudul The Book Of Five Rings. Dia mengungkap teknik-teknik untuk mengalahkan lawan lewat semangat, kesadaran, dan disiplin. Baginya, tujuan satu-satunya adalah kemenangan, tidak ada alasan lain.
Musashi membagi bukunya dalam lima bab, yaitu bab Bumi, bab Air, bab Api, bab Angin, dan yang terakhir adalah bab Kekosongan. Buku ini akhirnya ditulisnya ketika menjelang akhir kehidupannya, setelah bertarung melawan lebih dari enam puluh orang dan sedikitnya di tiga peperangan besar di medan pertempuran.
Terima kasih untuk penerjemah karya besar ini, William Scott Wilson, sehingga kita bisa ikut membaca dan belajar dari masterpiece seorang Miyamoto Musashi.

Sebuah pengantar...

JALAN BERJALAN SENDIRI
( Jalan Mengandalkan Diri Sendiri )

- Jangan memunggungi beragam Jalan yang ada di dunia ini.
- Jangan menginginkan kenikmatan fisik.
- Jangan berniat mengandalkan apapun.
- Pikirkan diri sendiri secara ringan, pikirkan dunia secara mendalam.
- Jangan pernah berpikiran tamak.
- Jangan menyesali hal-hal yang terjadi dalam kehidupan pribadimu.
- Jangan iri akan kebaikan atau kejahatan orang lain.
- Jangan meratapi perpisahan di jalan manapun untuk alasan apapun.
- Jangan mengeluh atau merasa getir akan diri sendiri atau orang lain.
- Jauhi perasaan saat memasuki jalan cinta.
- Jangan pilih kasih.
- Jangan memiliki harapan untuk punya rumah pribadi.
- Jangan memiliki kesukaan akan makanan lezat bagi diri sendiri.
- Jangan menyimpan barang antik warisan dari generasi ke generasi.
- Jangan berpuasa hingga merusak fisikmu.
- Kecuali perlengkapan militer, jangan menyukai benda-benda duniawi.
- Saat berada di Jalan, jangan menyesali kematian.
- Jangan berniat memiliki barang berharga atau tanah di masa tua.
- Hormati Dewa, tetapi jangan tergantung kepada mereka.
- Meski kau menyerahkan nyawa, jangan serahkan kehormatanmu.
- Jangan pernah memisahkan diri dari Jalan Seni Bela Diri.

Semua point ajarannya tentu diambil dari sudut pandang Miyamoto Musashi sendiri. Dalam hemat saya ada beberapa point yang cukup bagus untuk menjadi bahan pertimbangan dan perenungan kita bersama. Sebenarnya menurut Musashi, jalan seni bela diri tidak ada bedanya dengan jalan-jalan hidup yang lain. Jalan seni bela diri memiliki konsep yang sama dengan jalan petani, seniman, pedagang, atau tukang kayu. Kemajuan pekerjaan, kinerja baik, perhatian penuh, pemahaman akan kegunaan barang dan semangat pekerja, ditambah dengan dorongan, semua itu ada dalam kerangka pikir kepala tukang kayu. Prinsip-prinsip seni bela diri sama seperti itu.

Yang paling membuat saya takjub adalah bab nomor lima, bab Kekosongan. Disitulah letak keseimbangan ajaran Musashi. Disitu dijelaskan, setelah menguasai semua prinsip, maka lalu ditinggalkannya, karena dalam Jalan Seni Bela Diri terdapat kebebasan alami. Dengan memahami keberadaan, kau memahami ketiadaan. Itulah Kekosongan. Saat kau memandang segala sesuatu dari Jalan pikiran yang lurus, memahami dunia seutuhnya, kau akan melihat bahwa setiap orang memiliki pilihan dalam hatinya dan tiap-tiap mata memiliki pandangan sendiri yang berbeda. Pahami arti semua itu dan segera bangun landasanmu. Jadikan inti kebenaran sebagai Jalanmu, latih berbagai sisi seni bela diri dan pahami yang luas dengan benar serta jelas. Dengan begitu, kau akan menjadikan Kekosongan sebagai Jalan dan melihat Jalan sebagai Kekosongan.

Jalan Kekosongan terdapat Kebaikan tapi tanpa Kejahatan.
Kebijaksanaan adalah Keberadaan.
Prinsip adalah Keberadaan.
Jalan adalah Keberadaan.
Pikiran adalah Kekosongan.

Minggu, Oktober 26, 2008

Berdiri Di Persimpangan Hati

Setiap titik hujan membawa mimpi...
Setiap titik koma memberi arti...
Kamu tau aku sangat mengerti
Setiap pergerakan kecil hati yang mendambakan pagi

Kita masih harus banyak menggali
Kepingan-kepingan batin yang terserak di dalam sunyi
Sambil memenjarakan kengerian detik-detik ngilu hati...
Ya, cuma itulah syarat untuk bisa terbang ke pintu surgawi
Walau memang sebenarnya aku terlalu enggan
Meninggalkan kuil sepi yang nyaris tak bernadi ini

Pencarian akan rumah jiwa yang tak berbatas
Pencarian sebuah potongan hati yang tertiup jaman
Perseteruan batin dan kenyataan dalam kelamnya selimut mimpi
Resah...
Cinta, sayang, atau apapun namanya itu
Dia hanya memberi, tak mengambil apapun jua...

Dalam hidup, banyak yang harus diselami...
Dalam hidup, banyak yang harus dipahami...

Skala Prioritas

Banyak sekali keinginan manusia di dunia ini. Sebegitu banyaknya sehingga kepala kita kadang hampir pecah memikirkannya. Sebenarnya semua itu dapat dihindari sekiranya kita telah bisa membuat sebuah daftar yang berisi semua keinginan kita, diurutkan dari point yang paling penting di urutan pertama, lalu terus ke bawah untuk point skala cukup penting, sampai akhirnya ke skala point tidak penting di bagian paling bawah daftar keinginan ataupun perencanaan kegiatan tersebut.

Setelah semua hal tersebut telah dituliskan, alangkah baiknya jika masing-masing point dilengkapi dengan langkah-langkah taktis apa untuk meraihnya, disesuaikan dengan kekuatan kita yang ada saat ini. Sekiranya langkah-langkah tersebut membutuhkan waktu yang agak lama dan tidak bisa seketika diwujudkan pada saat itu juga, maka kita perlu menetapkan target waktu. Jadi, setelah target hasil telah kita tetapkan tadi, maka langkah selanjutnya adalah menyusun schedule pencapaian target tadi dalam perhitungan waktu. Setiap hari/minggu/bulan/tahun kita bisa memantau hasil perkembangannya. Tentunya kita tidak mengharapkan hasil yang sama dengan bulan lalu di bulan berikutnya.

Dalam urutan skala prioritas, bisa saja susunannya berubah seiring dengan pergeseran waktu. Sesuatu yang tadinya penting di hari ini belum tentu jadi sesuatu yang penting lagi di bulan depan, atau di minggu depan, atau bahkan besok bisa saja jadi sesuatu yang tidak ada harganya lagi, jadi sesuatu yang tidak perlu diperjuangkan lagi. Itu membutuhkan update pribadi yang kontinyu agar kita tidak membuang waktu untuk sesuatu yang kurang bermanfaat bagi kita ke depannya.

Akhirnya, fokus pada tujuan, keteguhan hati, tahan banting perasaan dan pikiran pada setiap godaan yang datang merupakan hal-hal yang sangat penting dan harus selalu ada pada kita agar semua target dan tujuan kita dapat tercapai sesuai dengan harapan dan perencanaan yang telah dicanangkan. Tanpa komitmen pribadi, tanpa kesungguhan dan ketulusan hati, maka perjuangan kita bisa saja terhenti begitu saja di tengah jalan, dan alhasil target terakhir tidak akan pernah tercapai.

Selamat membuat skala prioritas, utamakan yang terpenting dan abaikan yang menurut anda tidak berharga. Ingat, manusia hidup tidak punya banyak waktu, semakin efektif dan efisien waktu yang kita gunakan maka hidup kita yang cuma sekali ini akan lebih bermakna, untuk anda, untuk semua orang di sekitar anda. Cia yo, tetap semangat.

( Hari Minggu yang beku, aku cuma terduduk dihantam rentetan angan yang tak pasti, kucoba menguraikannya dalam tulisan ini, untuk menasehati diriku sendiri... )

Mimpi - Mimpiku Yang Pasti Tiba

Ini cuma khayalan, tapi katanya untuk berhasil kita memang harus bermimpi. Nah, ini khayalanku, boleh ditertawakan, bebas kok, hahaha.

Suatu saat nanti aku ingin punya mobil Jeep, karena bagiku itu mobil abadi sepanjang masa. Bodinya sangat gagah dan eksentrik, simbol kejantanan dan kebebasan. Aku akan pergi kemanapun dengan Jeepku itu, warnanya hitam, dengan dashboard kayu dan cover jok warna coklat didalamnya.

Aku ingin punya kedai kopi, tempat dimana aku bisa bertukar pikiran dan informasi dengan teman-temanku, mitra bisnisku dan kolega-kolegaku. Dan dari situ pulalah semua ide besar tercipta, direncanakan, dirancang dan akhirnya diaplikasikan dalam bentuk yang nyata. Disitu aku juga akan membuka akses perpustakaan online, dengan rate yang terjangkau dan bisa dinikmati semua kalangan, karena makin lama harga buku-buku yang bermutu makin tidak terjangkau, dan orang makin kesulitan mendapatkan tempat yang nyaman untuk membaca. Aku ingin bangsa ini jadi bangsa yang pintar dan punya harga diri sehingga tidak bisa diremehkan lagi oleh bangsa lain.

Aku ingin punya rumah kecil yang asri, warna hitam dan putih akan mendominasi dengan desain yang elegant dan bersahaja. Nuansa alam dan kayu akan tetap aku prioritaskan, dimana taman dan pancuran menjadi sesuatu yang mutlak ada disitu. Aku ingin menjadikan rumah itu benar-benar berfungsi sebagai rumah, bukan sekedar tempat untuk tidur dan istirahat saja. Semua jiwa yang masuk kedalamnya harus bisa menjadi segar kembali.

Aku ingin buang semua handphoneku dan kuganti dengan handset Blackberry terbaru.

Aku ingin punya toko kaos oblong yang gambar maupun tulisannya aku rancang sendiri. Kaos-kaos itu akan menjadi media untuk memotivasi orang lain agar bisa berpikir dan bertindak lebih positif dalam hidupnya. Mungkin kaos pertamaku akan kusablon dengan tulisan "Don't Give Up Now". Mungkin kalian bisa kasih ide gambar apa yang sesuai dengan kalimat itu, hehe.

Aku ingin kepercayaan tetap menjadi prioritas pencapaian utamaku dalam hidup ini. Aku akan terus belajar dan berusaha untuk itu, sampai saat dimana aku sudah tidak mampu lagi belajar karena nafasku sudah diambil oleh-Nya.

Aku ingin tidak menyakiti orang lain dalam hidupku, berlaku lembut dan bisa memahami sebuah persoalan dari banyak sisi sehingga bisa memberikan kenyamanan untuk semua pihak. Dan sebaliknya, aku tidak perlu merasa punya kasihan pada orang-orang yang tega merampas dan memperkosa hak-hak orang lain. Sampai titik tertentu kupikir orang-orang seperti itu sangat pantas mendapatkan balasan beberapa kali lipat dari semua kekejian yang telah mereka perbuat.

Aku ingin hidup tenang, damai, sederhana dan proporsional, tanpa perlu tergantung pada orang lain.

Mimpiku masih sangat banyak, suatu saat nanti akan kuberitahukan lagi agar nanti jika aku lupa akan banyak yang mengingatkan aku agar tetap fokus pada target dan tujuanku. Tapi ingat, mengingatkan sangat berbeda dengan menuntut, karena bermimpi bukan merupakan sebuah tindak pidana, sehingga tak ada bentuk tuntutan apapun jika itu tak bisa terjadi. Mimpi akan berakhir ketika engkau bangun, ketika engkau menghirup udara kenyataan lagi di pagi hari, yang membuat akal sehatmu kembali bekerja, atau semua kenyataan itu justru membuat sakit akal pikiranmu ?

Entahlah, yang jelas, tetaplah bermimpi...

Sabtu, Oktober 25, 2008

Siratal Mustaqim, Jalan Keseimbangan

Suatu saat nanti, ketika telah tiba di alam akherat, kita akan berjalan di titian Siratal Mustaqim, titian setipis sehelai rambut yang dibelah tujuh, jalan menuju pintu surga di ujungnya, dan ketika kita tidak seimbang, berkaitan amalan kita lahir maupun batin, maka kita akan terpeleset, masuk ke dalam jurang api neraka jahanam.

Berarti kesimpulannya, semua harus seimbang, harus proporsional. Mencari rejeki, beribadah, tidur, istirahat, makan, berhubungan, berpikir, merasa, apapun yang kita jalani di dunia fana ini, semuanya harus bisa seimbang. Tidak ada yang boleh dilebih-lebihkan, dan tidak ada yang boleh dikurang-kurangkan. Siratal Mustaqim, mengingatkan kita akan perihal keseimbangan tersebut.

Manusia berusaha dan berencana, namun Tuhan jualah yang menentukan...

( "Sebaik-baik perkara adalah yang di tengah-tengah" )

Dewi, Milik Siapakah Gerangan Dirimu ?

Dewi
Yang seakan turun dari surga tanpa bisa kumengerti
Siapakah gerangan dirimu
Benarkah kau diutus Tuhan untukku
Untuk memberi arah di setiap langkah hidupku ?

Dewi
Sampai detik ini aku belum bisa mengerti
Keinginan yang menyelimuti diri
Karena aku juga harus menyadari
Apa bedanya posisi dengan obsesi

Dewi
Kadang aku berharap
Agar kau ditarik kembali ke kerajaan surgawi
Agar tak usah melihat tapak kaki kita yang pernah terjejak ke bumi
Ingin rasanya aku menarik diri
Karena aku takut memberimu harapan pasti

Aku cuma bisa bergumam dalam hati

...Aku menyayangimu, selamanya, sampai akhir nanti...

Teman Berbagi

Punya teman berbagi ?
Berbagi semua peristiwa yang kita alami
Berbagi semua perasaan hati
Berbagi semua pandangan hidup dan keinginan diri

Benarkah kita harus berbagi ?
Bagaimana caranya agar tak ada yang tersakiti ?
Apa yang harus dipenuhi dalam semua pembagian yang dijalani ?
Saling memberi, saling menerima, saling mengisi
Dan itu butuh kekompakan
Dan itu butuh pengendalian diri

Sudah siapkah kau untuk berbagi ?
Dengan semua pengorbanan dan konsekuensi yang harus dihadapi ?
Ada saat kita cuma punya diri kita sendiri
Dan ketika saat itu terjadi
Cahaya Illahi adalah satu-satunya yang hakiki...

( Perjuangan menjalani hidup ini, kepasrahan menerima kenyataan, semua datang silih berganti, dan aku masih juga terkurung sepi....aku harusnya cuma boleh mengeluh pada diriku sendiri, itu pasti... )

Rabu, Oktober 22, 2008

Tetap Tenang....Tetapkan Target...

Ada kalimat yang selalu saya pegang ketika masalah datang melanda, entah masalah itu sendirian atau mengajak "teman-temannya" ( biasanya masalah kalau datang selalu berbarengan, seakan-akan tidak memberi kesempatan kepada kita utk bernafas ). Kalimat itu sebenarnya simpel, tapi biasanya cukup manjur buat saya dalam melewati situasi-situasi yang sulit. Kalimat itu adalah, "Semakin kacau keadaan, maka kita justru harus semakin tenang."

So, tetap tenang, tetapkan target, dan....tetap melangkah.

Sepaham, Sejalan, Senyaman Surgawi...

Menyapa pagi
Mengisi siang
Menjelma malam
Tak terasa satu hari telah berlalu
Dan bayangan itu masih tetap disini
Menemani setiap langkahku yang biasanya sepi

Kembali menyapa pagi
Kembali mengisi siang
Kembali menjelma malam
Dan ajaib, dia masih juga disini
Di lekukan rongga jiwaku yang gelap dan biasanya sepi

Perlahan menerangi, perlahan memberi arti

Mungkin Nidji benar
Sahabat memang mempunyai arti
Serasa setiap langkah ada yang menemani
Dengan tulus, dengan sepenuh hati, tanpa perlu khawatir tersakiti

Semua, hanya sekedar dijalani
Memang tidak mudah, mencari arah menuju tujuan pasti
Kenyataan, membuat semua seolah hanya berputar
Di sebuah labirin panjang yang punya banyak sisi

Entahlah
Kurasa semuanya akan menjadi lebih indah
Ketika bisa berjalan sepaham
Ketika bisa beriring sejalan
Dan dunia yang gerah ini
Terasa senyaman surgawi...

( Kesendirian, rasanya seperti berteriak di depan tembok yang dingin, tebal, dan tanpa nurani... )

Minggu, Oktober 19, 2008

Kebahagiaan, ternyata dibentuk, bukan dicari...

Selama ini
Mungkin sejak kecil
Aku mengejar sebuah kenyamanan di dalam hati
Yang justru semakin menggelisahkan diri
Semakin kuat kumencoba
Semakin habis kuterlumat
Semakin keras kumencoba
Semakin habis kuterkuras
Oleh luapan emosi dan kekecewaan diri

Hari ini kutersadar
Kenyamanan itu, kebahagiaan itu
Tak akan pernah kutemukan walaupun sampai mati kumencari
Kebahagiaan itu, tidak ada dimanapun
Kebahagiaan itu, ternyata sangat dekat disini, di dalam hati
Ada dan tidaknya tergantung dari penyikapan perasaan dan pikiran kita sendiri

Hari ini kutersadar
Ketika kita membahagiakan orang lain
Maka saat itu pulalah muncul kebahagiaan yang selama ini dicari
Sesuatu yang menakjubkan
Sesuatu yang indah dan menenangkan hati
Tak ada gunanya kumencari semua untuk diri sendiri
Karena ternyata itu memang tidak bisa dinikmati sendiri...

Hari ini akhirnya kutersadar
Kebahagiaan itu bukan dicari
Kebahagiaan itu dibentuk
Di dalam hati...

(Jakarta, 19 Oktober 2008)

Sabtu, Oktober 18, 2008

Thanks for all my friends...

Di sela-sela kesibukan saya ( yang kadang menyibukkan diri, hehe ), saya berusaha sempatkan untuk menyapa teman-teman saya, walaupun cuma sekedar menyapa "hai" atau menanyakan kabar mereka hari ini. Dan, ini kenyataan, teman saya tidak banyak. Cuma beberapa saja yang bisa terlibat aktif sampai kadang lupa waktu, walaupun cuma sekedar omong kosong saja. Ini cukup bertentangan dengan pola pikir saya yang selalu berusaha mengisi waktu sebaik-baiknya dengan hal-hal yang bermanfaat.

Tapi pikir punya pikir lagi, teman-teman kita ini juga punya banyak manfaat juga ( tanpa bermaksud memanfaatkan lho ya, hehe ). Bayangkan, betapa sepinya hidup kita tanpa mereka. Kita bisa melupakan sejenak segala kepenatan hidup ini, bertukar informasi, bertukar cerita, dan yang terpenting, bertukar inspirasi. Sering saya mendapatkan kalimat - kalimat tentang kehidupan yang terbukti sangat menentukan jalur hidup saya selanjutnya, tentunya dengan beberapa penyesuaian yang saya buat agar sesuai dengan kasus - kasus yang saya hadapi pada saat itu.

Teman saya, sahabat saya, ada yang datang, ada yang pergi, tapi semuanya begitu membekas di hati, begitu memberi arti. Malam ini, saya ingin mengucapkan terima kasih, pada kalian semua, teman dan sahabat saya, yang telah ikut mengisi lembar kehidupan saya.

Thanks friends, thanks for everything...

( Big thanks for Arni, my new friend, keep smiling, ok? ;-)

Sabtu, September 20, 2008

Orang Lain Cuma Melihat Diri Mereka Sendiri

Dalam hidup bermasyarakat kita sering berhadapan dengan publik secara langsung dalam beberapa acara yang sifatnya ceremonial, seperti misalnya undangan pernikahan, undangan syukuran, atau acara apapun itu yang sifatnya open public.
Sering kita mengkhawatirkan penampilan diri kita sendiri yang kita rasakan kurang oke, baik dari pakaian, dandanan, penampilan, bahkan dari segi fisik kita sendiri, yang mana hal itu adalah bentuk dasar yang sudah dilimpahkan Tuhan kepada kita. Ini mengakibatkan rasa minder dan kurang percaya diri.
Satu kalimat yang perlu dipegang ketika hal ini terjadi pada diri Anda, sadarilah bahwa semua orang MEMILIKI MASALAH YANG SAMA DENGAN ANDA, SEHINGGA MEREKA TIDAK AKAN SEMPAT MEMPERHATIKAN DIRI ANDA, MEREKA HANYA MEMPERHATIKAN DIRI MEREKA SENDIRI. Jadi berlakulah dengan wajar, tarik nafas dalam-dalam, melangkahlah dengan tenang, dan tersenyumlah dengan penuh rasa percaya diri. Anda adalah pribadi yang paling mengagumkan di semua kegiatan yang Anda ikuti. Percayalah.

Rabu, September 17, 2008

Lima Perkara Sebelum Lima Perkara

1. Pergunakan masa mudamu sebelum datang masa tuamu.

2. Pergunakan masa luangmu sebelum datang masa sibukmu.

3. Pergunakan waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu.

4. Pergunakan waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu.

5. Pergunakan hidupmu sebelum datang matimu.

Entah Lagi Pada Cari Apa

Kadang ketika kita jalan-jalan di halaman forum, lihat-lihat komentar di blog, ada juga yang masih bisa membuat saya terharu. Terharu karena masih ada segelintir orang yang merasa hebat, yang merasa mampu melebihi kemampuan orang, dan mencoba 'mengadili' satu sama lain dengan cara dan bahasa yang kurang mengindahkan etika berkomunikasi . Fine, mungkin itu benar, dengan asupan gizi yang cukup di jaman modern ini maka jadi banyak orang pinter, tapi semestinya tidak perlu digunakan untuk menghakimi tulisan orang lain dengan cara yang congkak dan tidak sopan. Justru kelebihan yang dikaruniakan Tuhan tersebut digunakan untuk membantu dan membimbing orang lain yang membutuhkannya dengan cara yang sopan dan bersahaja.
Marilah kita ciptakan kenyamanan dan kehangatan bersama dalam hubungan kemanusiaan di kehidupan ini, nggak perlu melakukan/mengucapkan/bertindak yang lebih mengarah ke ego pribadi. Manusia hebat? mau sampai sejauh mana sih, nafas aja bisa ilang kapan aja kok, hehe....entah lagi pada cari apa....

Selamat Tinggal Masa Lalu

Jangan pernah sesali
Jangan pernah tangisi
Smuanya yg pernah terjadi

Bila langkah terhenti
Itu bukan berarti hidupmu sampai disini

Menangislah
Tersenyumlah

Mawar pasti berduri
Dan juga hidup ini penuh kejutan yang tak pasti

Anggap ini sebagai sbuah pelajaran hati
Yang bisa kuatkan diri

Menangislah
Tersenyumlah

Melangkahlah
Berlarilah

Slamat tinggal masa lalu
Slamat datang lembar baru
Slamat tinggal cinta lalu
Slamat datang cinta baru
Slamat tinggal
Slamat tinggal...

(Salute for ANDRA & THE BACKBONE)

Menerima Diri Kita Apa Adanya

Sering kita dikhawatirkan oleh ketakutan-ketakutan yang sebenarnya tidak perlu dalam hidup kita. Pembuangan energi percuma, penggantangan angan yang sia-sia, mencari semua yang tak perlu dicari. Muncul semua pembodohan diri, penolakan diri, rasa rendah diri, rasa tak percaya diri, yang akhirnya bermuara pada kepanikan tingkat tinggi, stress, dan depresi.
Ketika kita mau meluangkan waktu kita sejenak, untuk merenung kembali, untuk mau sedikit merubah pola pikir kita, menjadi lebih positif, bahwasanya memang hidup ini telah digariskan dengan semestinya oleh Sang Pencipta, yang mana kita tahu di dalam hidup ini sesungguhnya memang tidak ada yang sempurna. Yang penting adalah keinginan untuk berbuat lebih baik dan lebih baik lagi untuk kehidupan ini tanpa membebani diri dengan target-target tak realistis yang biasanya justru akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri.
Menghirup nafas lega di udara, menikmati cahaya-Nya, mensyukuri karunia-Nya, menerima diri kita apa adanya....dan percayalah, hidup ini akan terasa jauh lebih indah. Cinta akan membuat hidup ini jauh lebih bermakna. Tersenyumlah.

Selasa, September 16, 2008

Satu Petuah Dari Lao Tze

Untuk memenangkan orang lain membutuhkan paksaan.
Untuk memenangkan diri sendiri membutuhkan kekuatan.

Allah Pasti Punya Maksud...

Banyak hal yang tak kupahami dalam hidup ini
Berputar berpusar jauh dari mimpi-mimpiku
Kadang lelah untuk berharap kembali
Tak mampu merubah yang telah ada
Hanya satu kalimat yang kuat kutanamkan dalam hati,
"Allah pasti punya maksud atas semua ini...."

Dunia Tanpa Suara

Tanpa kehendak
Tanpa obsesi
Tanpa langkah
Tanpa mimpi
Disini
Di dunia tanpa suara...

Minggu, September 07, 2008

Cuma Dia Yang Mampu

Cuma dia yang mampu membuatku heran
Kenapa rasaku yang telah mati bisa hidup dan hangat kembali

Cuma dia yang mampu membuatku terpesona
Oleh kekuatan sosok yang berpadu dengan senyum manisnya

Cuma dia yang mampu membuatku takluk
Dengan apa adanya dirinya, tanpa polesan apapun juga

Cuma dia yang mampu membuatku kagum
Dengan ketajaman pemikiran dan kekerasan hatinya


Cuma dia yang mampu membuatku takjub
Dia memikirkan apa yang tak pernah terpikir olehku sebelumnya

Cuma dia yang mampu membuatku takut
Dia tak pernah takut apapun juga, kecuali satu hal, bersatu denganku...

Cuma dia yang mampu membuatku malu
Dia berikan semua padaku tanpa aku mampu membalasnya
Cuma dia yang mampu membuatku terharu
Karena setiap deritanya tak pernah muncul tertutup oleh senyuman
Jiwaku berteriak keras padaku
"Cuma dia yang mampu......."

Minggu, Agustus 31, 2008

Dimana Kau Berpijak Maka Disitulah Surga

Dimana kau berpijak maka disitulah surga...
Aku tak mampu menulis lanjutannya
Karena untuk itu aku harus jatuh cinta
Dan aku sudah tidak punya rasa untuk itu
Hanya ada satu cintaku, cinta sejatiku
Di salah satu ujung dunia sana
Yang sudah enggan menyapaku
Menghangatkan jiwaku lagi
Yang kini teronggok sepi dingin sendirian
Memeluk erat sejuta kenangan bersamanya
Yang entah kenapa begitu mampu menyamankan jiwaku
Semoga engkau membaca tulisanku ini
Jiwaku masih sering melolong
Memanggil - manggil namamu
Dan itu kuyakin selamanya...

Memilih Jalan Sepi...

Wahai
Semua jalan yang mengarah ke tahta cinta harta
Semua jalan yang terbelenggu mimpi
Semua jalan yang tak mengindahkan harga diri
Aku pergi
Dari semua hiruk pikuk ini
Aku memilih untuk sendiri
Menikmati cerahnya hati
Tanpa nafsu duniawi...

Jumat, Agustus 29, 2008

14 Agustus Tahun Lalu...

Dalam benakku
Lama tertanam
Sejuta bayangan dirimu
Redup terasa
Cahaya hati
Mengingat apa yang tlah kauberikan

Waktu berjalan
Lambat mengiring
Dalam titian takdir hidupku
Cukup sudah aku tertahan
Dalam persimpangan masa silamku

Coba tuk melawan
Getir yang terus kukecap
Meresap ke dalam relung sukmaku
Coba tuk singkirkan
Aroma nafas tubuhmu
Mengalir mengisi laju darahku

Semua tak sama
Tak pernah sama
Apa yang kusentuh
Apa yang kukecup
Sehangat pelukmu
Selembut belaimu
Tak ada satupun yang mampu menjadi sepertimu

Apalah arti hidupku ini
Memapahku dalam ketiadaan
Segalanya luruh
Lemah tak bertumpu
Hanya bersandar pada dirimu
Tak bisa, sungguh tak bisa
Mengganti dirimu dengan dirinya

( Sampai kapan kau terus bertahan....sampai kapan kau terus menyerah....buka mata dan hatimu....relakan semua... )

- Padi, Semua Tak Sama -
Untuk MAE, yang selalu ada dalam setiap hembusan nafasku...

Rabu, Agustus 20, 2008

Tanpa "Rasa" Kau Tak Akan Pernah Bisa Menulis


Tanpa rasa kau tidak akan pernah bisa menulis. Harus ada sesuatu yang muncul dari dalam hatimu, yang menuntun jari jemari tanganmu menulis semua yang ada dalam hatimu.
Tanpa rasa kau tidak akan pernah bisa menulis. Ini yang membuat semua orang bisa menilai, apakah sebuah tulisan itu punya nyawa atau tidak, punya spirit atau tidak. Kita tidak bicara spirit hitam atau spirit putih disini, yang jelas, ada atau tidaknya spirit itu dalam alur sebuah tulisan.
Tanpa rasa maka kau tidak akan pernah bisa menulis. Entah itu rasa sedih, rasa senang, rasa sepi, berharap, kecewa, dan sekian banyak rasa lain yang ada dalam hidup ini. Tuangkan saja, biarkan itu mengalir, apa adanya.
Tanpa rasa kau tidak akan pernah bisa menulis. Dan itu tidak bisa dibohongi. Jadi, ketika tidak ada rasa dalam hatimu, jangan pernah menulis, sampai rasa itu ada lagi...

Kau Cantik Hari Ini

"Kau cantik hari ini..."
Cuma itu yang ingin kukatakan padanya, pada seorang gadis kecil yang memberikan kenyamanan dalam jiwaku.
Lalu malaikat dalam salah satu sekat otakku bertanya, "Legakah kau?"
Sambil mendesah aku menjawab, "Tidak, aku menyesal."
Dia bertanya lagi, "Tapi benarkah begitu?"
Malaikat ini benar2 ingin tahu, batinku.
"Hehe, jujur, tidak, aku bahagia, sangat bahagia, tapi, so what, toh ini cuma serpihan kecil dalam perjalanan hidupku."
"Lalu kenapa itu kaulakukan juga?"
"Kenapa harus kuingkari perasaanku sendiri?", aku menjawab, mencari pembenaranku sendiri.
"Ini bukan masalah pengingkaran, ini masalah kontrol diri, masalah kesetiaan, masalah komitmen dan keteguhan hati.", jawabnya tenang.
"Hei bung, aku cuma menempel batas, bukan melanggarnya, aku tau semua resiko dan konsekwensinya, jadi, get out of my way, ok?", aku mulai sewot.
"Oh good, yang penting sadarilah siapa diri kamu sesungguhnya, dan temukan kembali apa makna tanggung jawab dalam hidup ini."
Aku tak mau terus berdebat, aku tau selingkuh bukan kata yang baik dalam hidup ini, aku tak mau disakiti, jadi otomatis aku tak boleh menyakiti siapapun dalam hidup ini, hal itu kusadari sepenuhnya.
"Hmm, kamu benar, aku harus lebih bisa mengendalikan perasaanku sendiri."
Hening, tidak ada jawaban.
"Sobat?", aku mulai merasa tidak nyaman dengan kesunyian dan kesendirian itu.
"Sobat, dimanakah kau?"
Hening, lalu lirih kudengar dia bergumam,"Kau memang manusia paling tolol yang pernah kukenal."
Aku tersentak, mau berteriak, tapi tak tau pada siapa...

Selasa, Agustus 19, 2008

Cuma Cinta Yang Mampu Membuatmu Lembut

Mengharap esok hari segera tiba
Mengharap segar menghirup aroma tubuhnya
Mengharap damai menatap senyuman lembutnya
Mengharap kuat menangkap pancaran rasanya

Adakah dia juga merasakan hal yang sama denganku
Adakah dia tahu bahwa aku sayang padanya
Adakah semua itu bisa terjadi
dalam dunia nyata yang ternyata tak mau tahu ini

Aku pastikan akan kukecup salah satu punggung tanganmu
Untuk mengirim semua getaran rasa ini
Mengalir lewat aliran darahmu
Menghantam tenangmu dengan semua kecamuk rasa

Malam semakin larut
Bayangan-bayanganku mulai terantuk sunyi
Ketika aku teringat satu hal menyebalkan...

...Aku haram untukmu...
...Tersadar aku kini...

Jalan Hidup Kesunyian

Tepekur....
Sujud....
Gelap....
Sendiri....

Tunduk kepalaku...
Lelah batinku...
Di sudut dunia yang makin terasing...

Menyatu dengan keramaian
Membuatku semakin ingin muntah
Dengan aroma-aroma yang tak pasti
Di dalam banyak kepentingan hitam tak berujung
Shit, bahkan aku sendiri punya hitam itu....

Tepekur....
Sujud....
Gelap....
Sendiri....

Inilah Hidup Bung

Disini aku menulis semua hal yang berhubungan dengan perasaan, tanpa perlu peduli apapun. Kekecewaan pada sistem, pada kenyataan, pada apapun yang membuat aku harus meringis kejam, pada diriku sendiri. Ini tempat dimana perasaan berkuasa, karena di alam nyata sana, dia tak akan pernah bisa berbagi dengan kenyataan yang ada. Huh, who care. Kamu tahu bung, inilah hidup ini, telanlah semua nanah getirnya, hisaplah semua deritanya, hisap sampai habis, dan kau tak akan pernah tahu lagi apa itu rasanya sakit, apa itu rasanya disisihkan, dihina, dan kecewa. Kau akan menghilangkan perasaanmu sendiri, karena perasaan, sungguh sangat menjemukan, dan tolol. Kemudian nikmatilah kesunyiannya, kehampaannya....kesunyian tertinggi....perjalanan sendiri...
Inilah hidup bung.

Minggu, Agustus 17, 2008

Kenyamanan Dalam Hubungan

Akhir-akhir ini dunia perpolitikan Indonesia sedang hangat-hangatnya oleh kesibukan semua partai politik dalam mempersiapkan strategi memenangkan Pemilu tahun 2009. Dalam suatu kesempatan yang tak diduga, saya terlibat dalam rapat yang tadinya saya pikir merupakan rapat untuk persiapan kantor saya menghadapi proyek selanjutnya, tapi ternyata teman kerja saya itu membawa saya ke sebuah forum yang menggagas tentang bagaimana figur seorang pemimpin bisa menjadi penentu keputusan pilih dalam hajatan besar negara yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali di Indonesia tersebut. Saya mulai gak konsen, karena memang saya tidak terlalu aktif mengikuti perkembangan dunia politik tanah air. Ketika para undangan mulai memaparkan pandangannya satu persatu, saya malah melamun dan mulai membayangkan, bagaimana sih sebenarnya sosok seorang pemimpin yang diharapkan oleh bangsa saya ini. Saya malah membandingkan hubungan antara seorang pemimpin dengan rakyatnya kayaknya kok tak terlalu berbeda jauh seperti layaknya hubungan antara seorang pemuda dengan kekasihnya.
Seorang pemuda, dalam hal ini kita proyeksikan dengan sosok pimpinan, akan berhasil membuat wanitanya jatuh cinta, dalam hal ini rakyatnya, jika dia mampu memberikan kenyamanan di dalam hatinya. Cara dia tersenyum, cara dia bertingkah laku, bertutur kata, kesan simpatik yang ditimbulkannya, pola-pola pikir dia ke depan, cara dia menyikapi masalah yang ada saat itu, merupakan beberapa dari sekian banyak hal yang dituntut oleh seorang wanita terhadap apa yang harus dimiliki oleh seorang laki-laki pada umumnya.
Berawal dari ketidakpercayaan seorang wanita terhadap laki-laki tak dikenal yang mendekatinya, maka nilai-nilai estetika dan semua hal positif yang konsisten dijalankan merupakan hal yang menentukan dipilih atau tidaknya seorang laki-laki oleh sang wanita yang dipujanya tersebut. Ketika sang wanita mulai merasa nyaman dan yakin, maka semuanya lalu mulai berlanjut sesuai proses alamiah dalam pola pembentukan suatu hubungan. Jadi, sebelum jatuh cinta, maka unsur kenyamanan itu seharusnya mutlak sudah harus ada terlebih dahulu di hati sang wanita, nah, dari situ maka barulah diatur langkah-langkah selanjutnya agar hubungan tersebut dapat terus berkembang untuk kebaikan kedua belah pihak.
Kalau pemimpin? Hehe, sambil menyantap hidangan yang disajikan panitia saya masih juga gak konsen dengan para penceramah yang memberikan teori-teori mutakhirnya tentang sistem propaganda ( hehe, maaf lho Pak, saya nggak "sampai" kalo disuruh ikut mikirin masalah gitu-gitu, maaf, hehe ). Pikiran saya masih menerawang sambil mengambil pencuci mulut. Kalau pemimpin? Wah, faktor kenyamanan masyarakatnya lebih mutlak lagi. Bagaimana dia mau "digugu" ( bahasa Jawa: digagas, diperhatikan, didengarkan suaranya ) kalau dia tidak mampu meyakinkan hati pujaannya ( baca: rakyat ) dengan pesonanya yang menimbulkan rasa nyaman dan tenang. Saya pikir seorang pemuda jarang ada yang langsung memberikan janji-janji terhadap gebetannya ketika baru berada di tahap-tahap awal hubungan. Yang seharusnya perlu dilakukan pertama kali adalah membentuk atmosfir kenyamanan itu sendiri, sehingga dengan rasa nyaman yang tercipta, maka rakyat akan dengan suka rela menjadi militan-militan yang dengan tulus ikhlas memberikan dukungan penuh untuk calon pemimpinnya tersebut. Bangsa ini butuh tindakan riil, butuh motivasi, butuh bimbingan, bukan janji.
Semoga semua proses pendewasaan bangsa kita akan bisa berkembang sampai mencapai format terbaik yang betul - betul sesuai dengan bangsa ini. Amien...

Rabu, Agustus 13, 2008

Mabuklah...

Mesti selalu mabuk
Terang sudah, itulah masalah satu-satunya
Agar tidak merasakan beban ngeri sang waktu
Yang meremukkan bahu
Serta menundukkan tubuhmu ke bumi
Mestilah kau bermabuk-mabuk terus-terusan
Tetapi dengan apa ?
Dengan anggur, dengan puisi, dengan kebajikan, sesuka hatimu
Tetapi mabuklah !

( Kahlil Gibran, 1883 - 1931 )

Selasa, Agustus 12, 2008

The Gods Must Be Crazy

The Gods Must Be Crazy...
WE MUST BE TRENDY !!

( Joko Ellysanto, Genk Kobra )
Hehehe

Hidup Ini Bukan Cuma Putih Nak

Kaudengar kicauan burung yang indah
Kaulihat lukisan alam yang damai
Kaukecap aneka hidangan yang lezat
Kaucium aroma wewangian yang harum
Kaudapat semuanya yang kauinginkan

Tidak selamanya anakku
Karena hidup ini harus kauhadapi
Tanggung jawab ini harus kaupahami
Peraturan masyarakat harus kautaati
Interaksi demi interaksi harus kaujalani
Dan kenyataan, tak bisa kaupungkiri

Kita tidak bisa mengharapkan indahnya
Kita tidak mungkin menghindari "lubang-Nya"
Tapi bukan berarti itu harus membuat kau takut di sudut kengerianmu sendiri
Karena orang hidup harus berani hidup
Bukannya justru berani mati

Suatu hari nanti kau harus menahan sakit sendirian
Dan obatnya
hanya bersimpuh di hadapan Tuhan-Mu...

Senin, Agustus 11, 2008

Samakah 'Cinta' Dengan 'Kasih Sayang' ?

Kita tahu cinta mungkin memang ada
Tapi dia tak berkuasa
Karena cinta ada di alam mimpi
yang memberi kita semangat dan harapan
Tapi dia terasing
dari dunia yang penuh kenyataan ini...

Kasih sayang, ada dimana-mana
Dia ikhlas memberi cahayanya
kepada siapapun, tanpa pamrih apapun
Dia lembut tanpa dorongan hasrat memiliki
namun tetap anggun dan abadi selama bumi ini masih berdiri...

Aku memilih kasih sayang
Maka kutukar cinta dengannya
Karena keanggunannya, sungguh tiada tara...

( 07 november 2007 )

Hadiah Untuk Pernikahan Sahabatku Sari

Ketika dua merpati dari dua kutub bumi yang berbeda dipertemukan di kolam surga, pancaran pesona dan kasih sayang abadi memercikkan butir-butir janji yang suci dan murni, untuk terbang mengepakkan sayap bersama mengarungi langit biru kehidupan, baik dalam suka maupun duka, membawa mutiara ikrar yang teguh untuk menggenggam ketabahan dan kesetiaan, hingga kelak nanti tiba bersama di depan singgasana Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Yang Maha Melindungi perjalanan mereka berdua, hingga akhir hayatnya nanti...
Amien...

Sarangheo....Kumao....Biane...

Wang ci ni, wo cuo pu tao....

Ce yau ni khuai le, cuo se me wo tou yen yi.....

Siangsin wo, wo huei khuai le....

Pernahkah Mimpimu Menjelma Menjadi Doa ?

Ketika malam ditinggalkan terangnya siang
Ketika kegelapan menjadi raja yang berkuasa
Dimana cahaya kecil menjadi penjaga
sebuah jiwa yang telah lelah mengembara
Jiwa letih itu bertumpu pada sebuah doa
Dimana setiap tempatnya berpijak menjadi sebuah kuil baginya
untuk memohon dengan ikhlas dan setulus hatinya
Agar "si penerang yang kecil itu"
akan mampu menerangi jiwa semua insan
yang senantiasa kasih dan sayang kepadanya
yang melindungi "si kecil itu" sepanjang hidupnya...

Jiwa yang letih itu, kini mengembara lagi...

Minggu, Agustus 10, 2008

Sukakah Kau Pada Puisi ?

Sukakah kau pada puisi ?
Ada puisi yang bisa membuatmu tersentuh
Ada puisi yang mampu membuatmu menangis
Namun puisi yang kukirim ini hanyalah sebuah puisi biasa
Bukan jenis puisi seperti yang kusebut di atas tadi
Isi puisiku inipun hanya satu kalimat saja
Semoga hatimu berkenan menerimanya

Inilah bunyi puisiku :

"Aku akan kirim seribu puisiku untukmu, mulai hari ini, sampai nanti, sampai akhir jaman nanti..."

Sebegitu Anehkah Diriku ?

Kadang-kadang aku duduk di tepi samudra jiwaku
Luas menatap kesendirian yang mendera
Ada terlintas satu pikiran di rongga benakku
Sebegitu anehkah diriku,
hingga harus selalu menikmati senja seorang diri ...?

Semua yang indah
Semua yang memberi arti
Semua yang kuhargai
Semua yang telah pergi
Kini tiada lagi...

Sabtu, Agustus 09, 2008

Petuah - Petuah Dari Nenek Moyang

Saya lahir di Jakarta, tapi kebetulan kok besar di Jawa Tengah. Ada beberapa petuah dari sesepuh-sesepuh tempo doeloe ( baca: leluhur ) yang sempat saya dapat dari silaturahmi dan ngudoroso ( baca: curhat ) dengan beberapa orang yang dituakan ketika itu, diantaranya :

1. Wong urip gur mampir ngombe ( orang hidup ini cuma mampir minum / cuma sebentar, singkat, fana, tidak kekal ).
Dengan begitu maka kita tidak boleh semena-mena terhadap makhluk hidup ciptaan Tuhan lainnya, harus andap asor, sopan santun, saling menghargai, tidak boleh menyakiti, sehingga dengan waktu yg sangat singkat ini ( diistilahkan cuma mampir minum saja ) maka kita harus mampu menggunakannya sebaik mungkin untuk bekal di kehidupan selanjutnya nanti, di alam akherat nanti. Amien...

2. Wong urip gur sadermo nglakoni ( orang hidup hanya sekedar menjalani, dalam hal ini menjalani ketetapan dari Yang Maha Kuasa ).
Disini kita diarahkan untuk bisa lebih mengontrol diri kita, terutama ketika sedang 'bad condition'. Ada saatnya kita kalah, kita hancur, kita tidak punya apa2, tidak bisa apa2, maka pada saat itu kita harus "semeleh", meletakkan segalanya, memasrahkan semuanya kepada Tuhan, selaku pemilik seluruh alam semesta ini. Saat itu kita harus "down to earth", menerima ketidakberdayaan kita, menerima diri kita, apa adanya, karena kita selaku manusia hanya bisa berencana dan berusaha sekuat tenaga kita, akan tetapi jangan lupa bahwa hasil akhirnya cuma Allah jualah yg berhak memutuskan.

3. Ngono yo ngono ning ojo ngono ( begitu ya begitu tapi jangan gitu-gitu amat ).
Dalam hidup ini semuanya tidak boleh berlebihan. Makan tidak boleh berlebihan, marah tidak boleh berlebihan, bahkan sabar pun tidak boleh berlebihan. Semua harus disesuaikan dengan situasi dan keadaan. Proporsional, dan sesuai pada tempatnya.
Di dalam budaya bangsa Cina, kalimat ini tertuang dalam sebuah simbol keseimbangan, yaitu Yin Yang. Pada dasarnya konsepnya sama, tapi cara dan media penyampaiannya saja yang berbeda, yang satu pakai logo, yang satu lagi pakai kalimat, tapi inti ajarannya tetap sama toh. Let's make balance in everything...

4. Ojo njaluk neng ojo nolak ( jangan minta tapi jangan nolak ).
Petuah ini tidak terlalu populer bila dibandingkan dengan petuah-petuah yang lain, tapi bagi saya kalimat ini benar-benar memiliki nilai estetika yg tinggi, menggambarkan kesederhanaan yang bersahaja dan memiliki perlindungan yg kuat untuk sebuah harga diri, harga yang saat ini mulai turun nilainya, tergerus budaya globalisasi.
Ojo njaluk, berarti kita jangan minta, di dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan kewajiban kita terlebih dahulu sebaik-baiknya, tidak macem-macem, tidak rewel, pokoknya manis deh, tapi ketika diberi maka kita juga tidak boleh menolaknya, karena itu adalah rejeki dari Tuhan.
Jangan lupa, di jaman sekarang prinsip ini harus diikuti dengan kewaspadaan tinggi, karena kadang-kadang biarpun kita udah nggak minta eh masih nggak dikasih pula, nol persen donk, hehe. Tapi sampai saat ini saya masih percaya kok, misalnya hak saya ada 10, tapi kok cuma dikasihkan 7 ke saya, maka saya percaya bahwa yg 3 itu masih disimpankan Tuhan untuk saya, yang akan diberikan nanti ketika saya sedang benar-benar membutuhkannya, keyakinan saya benar-benar kuat untuk hal ini. Terima kasih Tuhan...

Taukah Anda ?

Bahwa :

- Kandungan vitamin C yang dikandung bunga Rosella lebih besar bila dibandingkan dengan buah jeruk manis ?
Kandungan vitamin C bunga Rosella 244,4 mg, kandungan vitamin C buah jeruk 49 mg.

Hidup Ini Adalah Sebuah Persembahan...

Malam ini saya membaca sebuah cerita di blog salah satu teman baru saya. Cerita yg menurut saya sangat dashyat, karena cerita itu mengajarkan kita makna indahnya pengorbanan, kerelaan, kasih sayang, dan keikhlasan memberi dengan setulus hati. Dan hebatnya lagi, cerita itu mampu membuat saya menangis, dashyat kan, masa seorang ugly devil bisa menangis, berarti kan cerita itu benar2 menyentuh hati (asal dibaca dengan penuh perasaan lho ya, hehe), atau karena hati ugly devil memang selembut sutra kali ya, kuakakakak...
Kembali ke laptop. Apapun itu, saya ingin dan berharap kalian membacanya, sekaligus turut berkunjung ke blog teman baru saya itu, silaturahmi gitu loh. Judulnya INSPIRASI, dan itu benar2 menginspirasi saya utk terharu, tersentuh, tertetes air mata, dan termenung, mampukah saya menjadi manusia yg mau berkorban utk org lain sambil tersenyum? walaupun itu berarti saya harus memberikan milik saya yg paling berharga demi kebahagiaan org tsb? (Ego diri juga termasuk milik kita yg paling berharga, setidaknya buat diri kita sendiri, jangan kesindir ya, hehe).

Sebelum baca cerita itu sebetulnya saya sudah siapkan satu judul yg masih berbentuk draft dimana temanya hampir sama, yaitu tentang keikhlasan memberi, judul draft yg saya buat itu adalah "Hidup Ini Adalah Persembahan", tapi sekarang saya berubah pikiran, judul itu saya berikan utk cerita itu saja, karena cerita itu jauh lebih jelas, jauh lebih dalam, dan jauh lebih dashyat, jadi tunggu apa lagi, baca bareng2 yuk, just go to http://h0m3study.blogspot.com , judulnya, "INSPIRASI"...

(ps: Mas H0m3 Study, saya kirim komentar, gpp ya, nuwun)

Beli BBM di Pom Bensin Ada Tipsnya Lho

1. Belilah BBM di pom bensin pada pagi hari, ketika matahari belum tinggi.
Pom bensin memiliki tanki penyimpanan, yg kalau siang mengalami kenaikan temperatur suhu udara akibat dipengaruhi panas matahari. Hal ini mempengaruhi pemuaian BBM yg ada di dalamnya, sehingga mempengaruhi pula hasil pembelian kita atas BBM tersebut. Dengan kita membeli BBM pada pagi hari saat suhu masih dingin, maka BBM di dalam tanki masih memiliki tingkat kekentalan+kepadatan yg lebih tinggi (dipengaruhi suhu dingin malam harinya), sehingga dengan nilai uang yg sama kita mendapatkan BBM yg lebih banyak, dan itu berarti membuat pemakaian kita jadi lebih maksimal.
2. Belilah BBM pada saat tanki kendaraan kita masih terisi separuhnya.
Tanki kita memiliki ruang hampa di antara permukaan BBM tersisa dengan dinding atas tanki kendaraan kita. Semakin kecil jaraknya maka pemuaian yg terjadi di dalam tanki juga semakin kecil, sehingga menghindari terjadinya pemborosan akibat pemuaian BBM di ruang hampa tanki tersebut.
3.Jangan membeli BBM ketika truck tanki BBM sedang melakukan pengisian BBM di pom bensin.
Saat itu kotoran-kotoran yg mengendap di dalam tanki penampungan pom bensin dikhawatirkan bergerak naik akibat adanya tekanan pengisian BBM baru dari truck tanki. Jika kita saat itu melakukan pengisian dan lalu kotoran itu terikut masuk ke dalam tanki kendaraan kita, maka dikhawatirkan akan merusak mesin kendaraan kita, dan akibatnya kita harus service ke bengkel donk.

Semoga tips ini bisa bermanfaat utk kita, lumayan kan, BBM dan suku cadang kendaraan sekarang mahal lho Bung, hehe

Kamis, Agustus 07, 2008

Love Will Keep Us Alive


I was standing
All alone againts the world outside
You were searching
For a place to hide

Lost and lonely
Now you've given me the will to survive
When we're hungry
Love will keep us alive

Don't you worry
Sometimes you've just gotta let it right
The world is changing
Right before your eyes

Now I've found you
There's no more emptiness inside
When we're hungry
Love will keep us alive

I would die for you
Climb the highest mountain
Baby, there's nothing I wouldn't do...

( The Eagles
Love will keep us alive... )

Selasa, Agustus 05, 2008

Menghilangkan Bau Setelah Makan Duren

"Ilmu" ini saya dapat di Jogja, tepatnya tahun 2000 di rumah Mas Bobiet, keyboardist-nya Kyai Kanjeng. Waktu itu kami sedang ngobrol-ngobrol sambil menikmati buah duren yang waktu itu memang lagi musimnya. Ketika selesai makan, ada yang membawa kulit durennya ke kamar mandi untuk cuci tangan. "Eh, mau ngapain, tau nggak, ada cara yang pasti manjur menghilangkan bau buah duren," teriak Mas Bobiet yang diamini Mbak Tutik istrinya. "Lho, gimana caranya Mas, sejak kecil saya diajarinya ya begini ini, pake batok kulit durian yang diisi air untuk cuci tangan supaya baunya hilang," sahut teman tadi bingung. Mas Bobiet tersenyum lalu menjawab, "Nah, sekarang coba kamu berdiri di depan keran itu, buka kerannya, lalu pejamkan mata, setelah itu kamu cuci tangan kamu itu dengan mata terpejam, coba cium tanganmu sekarang, masih ada baunya nggak?". Nyaris semua berseru, "Ah, yang bener?!", tapi semuanya membuktikan, termasuk saya, dan hasilnya, tangan memang tidak bau duren lagi sedikitpun. Hehe, aneh tapi nyata...

Senin, Agustus 04, 2008

Bangsa Kita Butuh Mata Pelajaran Motivasi

Suatu hari, ketika saya sedang nyupirin bos saya meeting ke salah satu hotel ternama di Jakarta Pusat, sambil menunggu beliau, iseng saya ngobrol di parkiran mobil dengan salah satu driver yang kebetulan juga ada disitu. Driver itu seorang Bapak yang berusia sekitar 45 tahun. Kami ngobrol ngalor ngidul (tak tentu arah topik pembicaraan), sampai akhirnya dia mulai bercerita tentang keluarganya, tentang kesulitan ekonomi yang dihadapinya, tentang keinginannya untuk meningkatkan taraf hidupnya. Mungkin karena saya kebanyakan baca buku enterpreneur maka saya mulai gatal mengindoktrinasi dia dengan hal-hal yang sifatnya pantang menyerah dan berani mengambil resiko. Bapak itu menjawab dengan jawaban yang sebenarnya sudah sangat klise,"Lha wong saya ini orang alit Mas, SUSAH kalo mau usaha sendiri, GAK ADA MODAL, pokoknya BERAT Mas," jawabnya dengan semua bentuk pesimisme diri YANG DIBENTUKNYA SENDIRI. Mungkin dia berharap saya mengasihani dia, dan memang betul begitu kenyataannya, saya mengasihani dia, mengasihani pola pikir dan sikap mentalnya, sambil pelan-pelan tanpa sadar saya juga sekaligus mengasihani bangsa ini, bangsa saya sendiri, Indonesia tercinta. Saya yakin berjuta-juta orang di negara ini pasti memiliki masalah dan "mental block" yang sama dengan bapak driver teman saya tersebut, yaitu mental mudah menyerah, dan tidak berani salah dalam mencoba. Saya tidak berani membayangkan akan jadi apa bangsa ini nantinya jika dipenuhi hal-hal seperti itu. Dan itu semua dipengaruhi oleh motivasi yang ada di dalam diri. Ya, bangsa kita seharusnya punya satu mata pelajaran baru, mungkin mulai dari bangku Sekolah Dasar, yaitu mata pelajaran Motivasi, dimana disana mental tunas-tunas bangsa ditempa oleh pentingnya semangat baja, kuat menderita, mental selalu ingin belajar dan mencoba (trial and error), serta saling support satu sama lain. Pasti bangsa kita akan jauh lebih kuat dari sekarang, demikian pikir saya. Kalaupun mata pelajaran itu tidak masuk skema bidang pendidikan, minimal para tenaga pendidiknya harus mampu memberikan materi motivasi yang bisa tertanam kuat di benak murid-muridnya, sehingga ke depan tidak ada lagi orang yang berkata "tidak bisa" sebelum mencobanya terlebih dahulu.
Saya teringat satu kalimat yang saya baca di novel favorit saya ketika SMP dulu (Rendezvous-nya Gola Gong). Kalimat itu berbunyi,
"Dunia ini milik orang-orang pemberani...".