Sabtu, Oktober 25, 2008

Siratal Mustaqim, Jalan Keseimbangan

Suatu saat nanti, ketika telah tiba di alam akherat, kita akan berjalan di titian Siratal Mustaqim, titian setipis sehelai rambut yang dibelah tujuh, jalan menuju pintu surga di ujungnya, dan ketika kita tidak seimbang, berkaitan amalan kita lahir maupun batin, maka kita akan terpeleset, masuk ke dalam jurang api neraka jahanam.

Berarti kesimpulannya, semua harus seimbang, harus proporsional. Mencari rejeki, beribadah, tidur, istirahat, makan, berhubungan, berpikir, merasa, apapun yang kita jalani di dunia fana ini, semuanya harus bisa seimbang. Tidak ada yang boleh dilebih-lebihkan, dan tidak ada yang boleh dikurang-kurangkan. Siratal Mustaqim, mengingatkan kita akan perihal keseimbangan tersebut.

Manusia berusaha dan berencana, namun Tuhan jualah yang menentukan...

( "Sebaik-baik perkara adalah yang di tengah-tengah" )

Dewi, Milik Siapakah Gerangan Dirimu ?

Dewi
Yang seakan turun dari surga tanpa bisa kumengerti
Siapakah gerangan dirimu
Benarkah kau diutus Tuhan untukku
Untuk memberi arah di setiap langkah hidupku ?

Dewi
Sampai detik ini aku belum bisa mengerti
Keinginan yang menyelimuti diri
Karena aku juga harus menyadari
Apa bedanya posisi dengan obsesi

Dewi
Kadang aku berharap
Agar kau ditarik kembali ke kerajaan surgawi
Agar tak usah melihat tapak kaki kita yang pernah terjejak ke bumi
Ingin rasanya aku menarik diri
Karena aku takut memberimu harapan pasti

Aku cuma bisa bergumam dalam hati

...Aku menyayangimu, selamanya, sampai akhir nanti...

Teman Berbagi

Punya teman berbagi ?
Berbagi semua peristiwa yang kita alami
Berbagi semua perasaan hati
Berbagi semua pandangan hidup dan keinginan diri

Benarkah kita harus berbagi ?
Bagaimana caranya agar tak ada yang tersakiti ?
Apa yang harus dipenuhi dalam semua pembagian yang dijalani ?
Saling memberi, saling menerima, saling mengisi
Dan itu butuh kekompakan
Dan itu butuh pengendalian diri

Sudah siapkah kau untuk berbagi ?
Dengan semua pengorbanan dan konsekuensi yang harus dihadapi ?
Ada saat kita cuma punya diri kita sendiri
Dan ketika saat itu terjadi
Cahaya Illahi adalah satu-satunya yang hakiki...

( Perjuangan menjalani hidup ini, kepasrahan menerima kenyataan, semua datang silih berganti, dan aku masih juga terkurung sepi....aku harusnya cuma boleh mengeluh pada diriku sendiri, itu pasti... )