Rabu, Agustus 20, 2008

Tanpa "Rasa" Kau Tak Akan Pernah Bisa Menulis


Tanpa rasa kau tidak akan pernah bisa menulis. Harus ada sesuatu yang muncul dari dalam hatimu, yang menuntun jari jemari tanganmu menulis semua yang ada dalam hatimu.
Tanpa rasa kau tidak akan pernah bisa menulis. Ini yang membuat semua orang bisa menilai, apakah sebuah tulisan itu punya nyawa atau tidak, punya spirit atau tidak. Kita tidak bicara spirit hitam atau spirit putih disini, yang jelas, ada atau tidaknya spirit itu dalam alur sebuah tulisan.
Tanpa rasa maka kau tidak akan pernah bisa menulis. Entah itu rasa sedih, rasa senang, rasa sepi, berharap, kecewa, dan sekian banyak rasa lain yang ada dalam hidup ini. Tuangkan saja, biarkan itu mengalir, apa adanya.
Tanpa rasa kau tidak akan pernah bisa menulis. Dan itu tidak bisa dibohongi. Jadi, ketika tidak ada rasa dalam hatimu, jangan pernah menulis, sampai rasa itu ada lagi...

Kau Cantik Hari Ini

"Kau cantik hari ini..."
Cuma itu yang ingin kukatakan padanya, pada seorang gadis kecil yang memberikan kenyamanan dalam jiwaku.
Lalu malaikat dalam salah satu sekat otakku bertanya, "Legakah kau?"
Sambil mendesah aku menjawab, "Tidak, aku menyesal."
Dia bertanya lagi, "Tapi benarkah begitu?"
Malaikat ini benar2 ingin tahu, batinku.
"Hehe, jujur, tidak, aku bahagia, sangat bahagia, tapi, so what, toh ini cuma serpihan kecil dalam perjalanan hidupku."
"Lalu kenapa itu kaulakukan juga?"
"Kenapa harus kuingkari perasaanku sendiri?", aku menjawab, mencari pembenaranku sendiri.
"Ini bukan masalah pengingkaran, ini masalah kontrol diri, masalah kesetiaan, masalah komitmen dan keteguhan hati.", jawabnya tenang.
"Hei bung, aku cuma menempel batas, bukan melanggarnya, aku tau semua resiko dan konsekwensinya, jadi, get out of my way, ok?", aku mulai sewot.
"Oh good, yang penting sadarilah siapa diri kamu sesungguhnya, dan temukan kembali apa makna tanggung jawab dalam hidup ini."
Aku tak mau terus berdebat, aku tau selingkuh bukan kata yang baik dalam hidup ini, aku tak mau disakiti, jadi otomatis aku tak boleh menyakiti siapapun dalam hidup ini, hal itu kusadari sepenuhnya.
"Hmm, kamu benar, aku harus lebih bisa mengendalikan perasaanku sendiri."
Hening, tidak ada jawaban.
"Sobat?", aku mulai merasa tidak nyaman dengan kesunyian dan kesendirian itu.
"Sobat, dimanakah kau?"
Hening, lalu lirih kudengar dia bergumam,"Kau memang manusia paling tolol yang pernah kukenal."
Aku tersentak, mau berteriak, tapi tak tau pada siapa...