
1. Wong urip gur mampir ngombe ( orang hidup ini cuma mampir minum / cuma sebentar, singkat, fana, tidak kekal ).
Dengan begitu maka kita tidak boleh semena-mena terhadap makhluk hidup ciptaan Tuhan lainnya, harus andap asor, sopan santun, saling menghargai, tidak boleh menyakiti, sehingga dengan waktu yg sangat singkat ini ( diistilahkan cuma mampir minum saja ) maka kita harus mampu menggunakannya sebaik mungkin untuk bekal di kehidupan selanjutnya nanti, di alam akherat nanti. Amien...
2. Wong urip gur sadermo nglakoni ( orang hidup hanya sekedar menjalani, dalam hal ini menjalani ketetapan dari Yang Maha Kuasa ).
Disini kita diarahkan untuk bisa lebih mengontrol diri kita, terutama ketika sedang 'bad condition'. Ada saatnya kita kalah, kita hancur, kita tidak punya apa2, tidak bisa apa2, maka pada saat itu kita harus "semeleh", meletakkan segalanya, memasrahkan semuanya kepada Tuhan, selaku pemilik seluruh alam semesta ini. Saat itu kita harus "down to earth", menerima ketidakberdayaan kita, menerima diri kita, apa adanya, karena kita selaku manusia hanya bisa berencana dan berusaha sekuat tenaga kita, akan tetapi jangan lupa bahwa hasil akhirnya cuma Allah jualah yg berhak memutuskan.
3. Ngono yo ngono ning ojo ngono ( begitu ya begitu tapi jangan gitu-gitu amat ).
Dalam hidup ini semuanya tidak boleh berlebihan. Makan tidak boleh berlebihan, marah tidak boleh berlebihan, bahkan sabar pun tidak boleh berlebihan. Semua harus disesuaikan dengan situasi dan keadaan. Proporsional, dan sesuai pada tempatnya.
Di dalam budaya bangsa Cina, kalimat ini tertuang dalam sebuah simbol keseimbangan, yaitu Yin Yang. Pada dasarnya konsepnya sama, tapi cara dan media penyampaiannya saja yang berbeda, yang satu pakai logo, yang satu lagi pakai kalimat, tapi inti ajarannya tetap sama toh. Let's make balance in everything...
4. Ojo njaluk neng ojo nolak ( jangan minta tapi jangan nolak ).
Petuah ini tidak terlalu populer bila dibandingkan dengan petuah-petuah yang lain, tapi bagi saya kalimat ini benar-benar memiliki nilai estetika yg tinggi, menggambarkan kesederhanaan yang bersahaja dan memiliki perlindungan yg kuat untuk sebuah harga diri, harga yang saat ini mulai turun nilainya, tergerus budaya globalisasi.
Ojo njaluk, berarti kita jangan minta, di dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan kewajiban kita terlebih dahulu sebaik-baiknya, tidak macem-macem, tidak rewel, pokoknya manis deh, tapi ketika diberi maka kita juga tidak boleh menolaknya, karena itu adalah rejeki dari Tuhan.
Jangan lupa, di jaman sekarang prinsip ini harus diikuti dengan kewaspadaan tinggi, karena kadang-kadang biarpun kita udah nggak minta eh masih nggak dikasih pula, nol persen donk, hehe. Tapi sampai saat ini saya masih percaya kok, misalnya hak saya ada 10, tapi kok cuma dikasihkan 7 ke saya, maka saya percaya bahwa yg 3 itu masih disimpankan Tuhan untuk saya, yang akan diberikan nanti ketika saya sedang benar-benar membutuhkannya, keyakinan saya benar-benar kuat untuk hal ini. Terima kasih Tuhan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar