Kenapa tangan ini tak mau berhenti merangkai puisi
Membuang waktuku
Membuai benakku ke alam tak tentu
Semua hal yang tak pernah ada maknanya
Kenapa jendela jiwaku tak kunjung terbuka
Membiarkan cahaya alam masuk menghangati
Menyinari sudut - sudut gelap yang sepi
Yang dingin dan tak pernah mau mengerti
Seonggok puisi - puisi usang sudah lapuk dimakan usia
Di rongga - rongga batinku yang menjerit minta diisi
Pengertian dan kasih sayang
Seperti anak kecil yang bingung mencari jalan pulang
Aku termangu
Untuk apa aku merajut puisi lagi ...?
Terbangun dari lelahku
Angin utara menerpaku
Mengeringkan semua cairan di syarafku
Menyedot lagi semua kesadaranku
Dan, seperti air sungai yang mengalir
Puisi kosong itu muncul lagi...
Mungkin memang sudah takdirku
Untuk terus menulis puisi
Sampai akhir waktuku nanti...
( Palembang, 22 november 2008, teriring salam untuk Gola Gong, untuk Balada Si Roy-nya, yang menginspirasi masa mudaku, untuk membuatku jadi tolol seperti ini... )
Sabtu, November 22, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar